Minggu, 23 Nopember 2014

Junius Rahardjo, Rahasia Menduniakan Ekstrak Herbal Indonesia

Kadang, kita harus masuk ke pasar Amerika Serikat dulu, baru pasar Indonesia merespon. Di Eropa, sudah banyak produsen herbal mempunyai pasar di industri peternakan.

Jika bangsa Tiongkok tersohor dengan Traditional Chinese Medicine (TCM)-nya, India dengan Ayurveda, Korea (Selatan) dengan gingsengnya, maka Indonesia terkenal dengan jamunya. Sayangnya, jamu masih kalah tenar di dunia ketimbang Ayurveda, TCM, ataupun gingseng.

Padahal, “Jamu dari tumbuhan di Indonesia sudah sejak lama digunakan nenek moyang kita,” ujar Junius Rahardjo, Chief Executive Officer Javaplant, produsen dan eksportir ekstrak herbal di Jakarta. Jamu bermanfaat untuk kesehatan, memacu stamina, merawat kecantikan, mengerem penuaan, dan menyembuhkan penyakit.

Indonesia, tambah ayah dua anak ini, sangat kaya herbal, tanaman berkhasiat untuk kesehatan. Meski sudah banyak dimanfaatkan, sayang kekayaan herbal belum tereksplorasi dengan baik. Potensi tanaman berkhasiat di Indonesia begitu dahsyatnya. Ini perlu sentuhan teknologi agar bisa lebih efektif dan efisien. Salah satunya dengan melakukan ekstraksi untuk menghasilkan produk herbal yang terstandar, bebas toksin, dan stabil kualitasnya,” kata Junius.

Karena itulah keunggulan jamu Indonesia perlu diperkenalkan ke dunia internasional. Untuk itu, Junius selalu mengajak rekan-rekan sesama pengusaha jamu yang membeli produk ekstrak dari Javaplant untuk turut mengangkat pesona jamu Indonesia di mancanegara. “Masih banyak upaya yang harus dilakukan untuk memperkenalkan jamu ke pasar global, semua pihak juga harus terlibat terutama pihak terkait seperti pengusaha dan pemerintah,” urainya.

Hebohnya Back to Nature

Alumnus Fakultas Ekonomi, University of Oregon, Amerika Serikat (AS) 1996 ini sadar akan kekayaan herbal Indonesia. Sekembali menimba ilmu dari luar negeri, ia mendirikan pabrik ekstraksi herbal Javaplant di Gedangan Salam, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.

Pria yang sejak lulus SD sudah di luar negeri ini mendirikan perusahaan ekstraksi herbal itu bersama kakaknya, Mulyo Rahardjo (pengelola Deltomed, produsen Antangin), dan ayahnya, Purwanto Rahardjo (pemilik PT Marguna Tarulata APK Farma, produsen Pilkita), pada 2000 karena melihat prospek bisnis ekstrak herbal ini semakin membengkak dari tahun ke tahun. “Tren di beberapa negara barat dengan konsep back to nature sejak 20 tahun lalu juga mempengaruhi usaha ini dan saya yakin akan berkembang terus di masa datang,” jelasnya mantap.

Sayangnya, pasar domestik masih belum banyak yang berminat pada produk buatannya tersebut. Tak kurang akal, ia pun mengubah arah pemasarannya ke Negeri Paman Sam. “Sambutan (di AS) bagus dan mulai terasa pada 2006, setelah tiga tahun karena back to nature di sana sedang heboh. Kadang kita harus mutar dulu ke Amerika, baru Indonesia bisa merespon. Pengalaman seperti itu sering saya lalui,” tutur pria asli Tegal, Jawa Tengah, ini.

Junius pun rajin mengikuti berbagai pameran dan promosi di dalam maupun luar negeri. “Ternyata promosi berdampak besar pada produk kita. Amerika sangat berminat dengan produk ekstraksi ini. Hingga sekarang, Amerika menjadi pasar utama produk kita,” katanya. Sekitar 80% produknya dipasarkan di AS serta sisanya di Indonesia dan Asia sekitarnya.

Memang, aku Junius, untuk menembus pasar luar negeri butuh waktu lama, sekitar dua tahun dari 2003 dan kemudian pada 2005 dipercaya masuk pasar Amerika. “Masyarakat di sana sangat kritis terhadap ekstrak seperti yang kami kirim, apalagi jika berhadapan dengan masalah kesehatan,” tambahnya. Bahkan sekarang produk ekstrak herbal Javaplant sudah merambah Jepang, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan negara-negara di Eropa Timur.

Sementara itu, di pasar domestik beberapa perusahaan jamu juga mulai melirik produk ekstrak herbal Javaplant. “Seiring dengan makin tingginya kesadaran pelaku industri (domestik) tentang pentingnya kualitas ekstrak demi kandungan bahan aktif yang terukur, semakin banyak pengusaha lokal yang kemudian menjadi pelanggan kami,” ungkap Junius.

Mengasuransikan produk

Keberhasilan Junius dalam menembus pasar dunia dengan ekstrak herbal berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan ke mancanegara berlabel Javaplant karena keyakinannya yang kuat bahwa produk Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Semakin menguatnya keyakinan pria kelahiran 27 Juni 1973 ini karena seiring menguatnya kesadaran masyarakat tentang manfaat herbal. ”Masyarakat semakin kritis jika menyangkut kesehatan. Jamu dengan standar kualitas tinggi akan menjadi pilihan untuk menjaga kesehatan,” ujar penyuka traveling ini.

Untuk itu, perusahaannya akan terus mengikuti dan memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP) di Eropa, Amerika, dan standar Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Bahkan Javaplant mengasuransikan produknya. “Artinya, jika ada produk Javaplant menjadi satu-satunya penyebab orang (meninggal), bukan hanya asuransi untuk yang meninggal saja, tapi semua produk harus di-recall. Biaya produksi, distribusi, dan pemasaran dibayar asuransi. Begitu juga biaya bahan baku. Jadi, untuk masuk ke bisnis ini, tidaklah mudah,” kata Junius. 

Selain memproduksi ekstrak herbal untuk manusia, Javaplant juga mengembangkan bahan ekstrak herbal Temulawak, Java Curcuma Xanthorrhizol 2, untuk hewan ternak. “Biasanya peternak menggunakan tanaman obat sebagai suplemen atau obat untuk ternaknya sebagai pengganti obat-obatan buatan pabrik yang dirasakan cukup mahal,” papar suami Aylen Hermawan ini.

Java Curcuma Xanthorrhizol 2 ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan dan nafsu makan ternak seperti ayam (pedaging dan petelur), kambing, dan sapi, sehingga tidak mudah teserang penyakit. “Boleh dibilang Javaplant terlambat masuk ke peternakan. Di Eropa, sudah banyak produsen ekstrak herbal yang mempunyai pasar di industri peternakan,” akunya.

Ekstrak temulawak ini tidak hanya untuk pasar di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Untuk keperluan manusia, ekstrak temulawak ini sudah dipasarkan di Korea Selatan dan Jepang. Tetapi untuk kebutuhan ternak baru diluncurkan. Temulawak merupakan tanaman khas Indonesia. Kalau Korea punya ginseng, Malaysia tongkat ali, maka Indonesia punya temulawak. Jadi, “Kita harus bangga dengan temulawak, tanaman khas Indonesia,” tandasnya seraya tersenyum.

Kelengkapan dokumen, kualitas produk yang terstandar, dan servis, merupakan rahasia  keberhasilan Javaplant dalam memasarkan produknya. Apalagi ekstrak herbal ini berkaitan dengan keamanan (safety). “Dengan terdokumentasi, perusahaan kami harus bisa diaudit customer,” kata Junius. Di samping itu, “Siapapun yang tidak puas dengan produk kami, 100% money back guarantee. Ini saya lihat, belum ada yang seberani seperti ini,” tutupnya mengakhiri perbincangan dengan AGRINA.

Tri Mardi Rasa, Arfi Zulfa HB, Hermai Nini

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain