Selasa, 17 Pebruari 2015

Jaga Kualitas Air dan Pencernaan Udang

Perbaiki kualitas air dan sistem pencernaan pada udang dengan probiotik agar tak merugi.

Keseimbangan lingkungan tambak akibat peningkatan produksi, kepadatan tebar, dan pakan harus bisa diatasi dengan teknologi agar lingkungan tambak memberikan kenyamanan dan menjaga udang tetap sehat. Teknologi yang diaplikasikan petambak bisa berupa penggunaan probiotik (mikroba hidup).

Budi Kuncoro Jati, pendamping petambak klaster di Degayu, Pekalongan, Jateng,  mengatakan, pada kondisi lingkungan yang kian rusak, pemakaian probiotik berperan untuk pakan dan mengontrol kualitas air sehingga nyaman bagi udang untuk berkembang. Pencernaan pun lebih baik sehingga pakan terserap sempurna. Tapi aplikasinya harus disesuaikan kondisi dan kebutuhan di tambak.

Ia menjelaskan, dengan probiotik, kualitas air di lingkungan tambak yang sudah bagus akan semakin bagus. Mikroba pengganggu yang merugikan bisa dikendalikan. “Inilah kenapa sanitasi lingkungannya harus terjaga,” katanya.

Budi menambahkan, banyak petambak ingin melihat langsung efek setelah diberi probiotik. Padahal, probiotik bukan obat yang bisa langsung kelihatan hasilnya. “Probiotik hanya untuk menjaga ekosistem dalam air tambak sehingga udang merasa nyaman,” terangnya. Hasilnya bisa terlihat saat udang bergairah, makannya normal, pertumbuhannya bagus, lebih tahan serangan penyakit, survival rate-nya meningkat, dan pakan yang diberikan termakan dengan baik.

Bergantung Kebutuhan

Kehadiran probiotik dibutuhkan petambak yang menggunakan sistem intensif dan supraintensif. Sebab kepadatan tebar udang yang tinggi membutuhkannya untuk mengurai sisa pakan, kotoran, dan menjaga kualitas air. Targetnya, udang yang ditebar pun merasakan kenyamanan untuk berkembang.

Jika tidak menggunakan probiotik, kemungkinan besar para petambak udang gagal. Mikroba yang biasa dimanfaatkan untuk membuat probiotik ini antara lain Lactobacillus, Bacillus, dan Saccharomyces. Mikroba tersebut diisolasi dari alam dan diperbanyak dengan fermentasi.

Anwar Hasan, Regional Technical Manager Aquaculture, PT Biomin Indonesia, mengatakan, ada dua probiotik yang dimanfaatkan untuk di air tambak dan probiotik yang terkait dengan pencernaan yang dicampur dalam pakan udang. “Di air, probiotik mampu mengurai endapan yang ada di dasar tambak yang berupa kotoran udang dan sisa pakan yang tak termakan, sehingga bisa mengurangi racun, seperti NH2, NO2, dan H2S,” katanya.

Bakteri yang ada ini akan mendesak bakteri “jahat” dan menggantinya dengan bakteri yang baik berasal dari probiotik tersebut. Cara seperti ini mampu mencegah timbulnya penyakit dari bakteri patogen seperti Vibrio spp. dan cendawan yang akan menyebabkan kematian.

Sementara itu, Sales Manager Aquatic Product, PT Sanbe Farma Veterinary & Aquaculture Division, TRP Panjaitan mengatakan, Vibrio yang merupakan mikroorganisme yang bisa membuat udang sakit harus ditekan agar tidak semakin berkembang dan membuat kualitas air menjadi jelek. “Dengan probiotik yang memiliki komposisi Bacillus sp. atau bakteri yang menguntungkan diharapkan bisa menekan jumlah Vibrio yang mengganggu di tambak,” tuturnya.

Sedangkan probiotik yang terkait dengan saluran pencernaan, menurut Anwar Hasan, aplikasinya dicampurkan pada pakan. Maksudnya untuk peningkatan kesehatan usus sehingga udang memiliki kekebalan tubuh, meningkat nafsu makannya, dan pakan yang diberikan pun bisa terserap sempurna karena enzim pencernaan meningkat.

Aplikasi kombinasi probiotik untuk perbaikan kualitas air dan untuk pencernaan udang diharapkan dapat menghindarkan udang dari kerugian akibat penyakit seperti white feces disease (WFD).

Memilih Probiotik

Anwar Hasan mengatakan, kalangan para pembudidaya udang sekarang sudah banyak yang memerlukan probiotik. Tinggal bagaimana memilih probiotik yang sesuai dengan kondisi yang ada di tambak. “Seperti kandungannya berapa, jumlah bakteri yang dikandung, masa kedaluwarsa, dan fungsinya untuk kondisi seperti apa, sebab masing-masing perusahaan punya jenis bakteri tersendiri yang digunakan,” ungkapnya.

Untuk itu, petambak harus berhati-hati dalam memilih probiotik karena banyak probiotik yang tidak tepat sasaran. Yang harus diketahui adalah jumlah kandungan bakteri dan juga sifat bakterinya (aerob, anaerob, fakultatif) disesuaikan dengan kondisi lingkungannya.

Untuk kolom air, gunakan bakteri yang aerob atau yang membutuhkan oksigen agar hidup dan berkembang. Sementara yang untuk di dasar tambak gunakan bakteri anaerob yang tidak butuh oksigen buat hidup dan berkembang. Bakteri anaerob seperti Lactobacillus tidak efektif untuk di dalam air karena bakteri ini digunakan dalam pakan yang akan meningkatkan kerja enzim di pencernaan udang.

Sementara itu, Hasanuddin Atjo, Ketua Shrimp Club Indonesia (SCI) wilayah Sulawesi menjelaskan, budidaya udang berkelanjutan memperhatikan dua hal, yaitu pengendalian terhadap patogen dan menjaga lingkungan budidaya yang layak selama proses budidaya berlangsung.

Selain, menambahkan probiotik, petambak juga perlu menerapkan teknologi filtrasi untuk mengurangi kandungan bahan organik dan melakukan disinfeksi dalam pengendalian patogen. “Karena padat tebar yang cukup tinggi, maka air baku harus benar-benar dipersiapkan,” kata Atjo.

Jadi, lanjut dia, untuk mengurangi efek buruk limbah tidak cukup mengandalkan peran probiotik. Sebab, penggunaan probiotik yang berlebih malah memicu persaingan penggunaan oksigen antara udang dengan bakteri probiotik. Sehingga dibutuhkan sebuah strategi mengeluarkan bahan organik ini secara higienis.

Untuk tambak supra intensif, pengeluaran limbah organik dilakukan dengan strategi central drain matahari. “Dengan sistem matahari, hampir semua limbah keluar secara periodik dengan sistem mekanik setiap dua jam sehingga yang tersisa bahan organik yang larut di air. Dengan begitu penggunaan probiotik kecil dan risiko terjadinya perubahan ekosistem tambak bisa dihindari,” ulas perintis budidaya udang supra intensif ini.

Tri Mardi R, Windi L, Arlina R, Arfi Zulfa HB

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain