Jumat, 12 Januari 2024

Mitigasi Gano Sejak Dini

Mitigasi Gano Sejak Dini

Foto: Dok. Alfath Haryono
Gejala tanaman terserang Ganoderma

Busuk pangkal batang yang disebabkan cendawan Ganoderma boninense ini harus dimitigasi sedini mungkin. Tanpa itu, “tambang emas cair” Anda bisa mampet karena pohonnya bertumbangan.
 
Penyakit busuk pangkal batang (BPB) alias basal stem rot terbilang penyakit paling serius di perkebunan sawit Indonesia. Kendati begitu namanya, Ganoderma juga bisa menyerang batang atas bila sporanya terbawa angin atau serangga sampai di bagian tersebut.
 
Menurut R. Russell M Paterson dari Departemen Proteksi Tumbuhan, Faperta, Universitas Putra Malaysia, BPB akan menurunkan produksi sawit secara signifikan di Sumatera pada 2050 jika terjadi perubahan iklim yang memburuk bagi tanaman. Kasus BPB akan menjadi sangat berat pada periode 2050-2100 sehingga keberlanjutan kebun sawit terancam.
 
Russel mengembangkan model yang mengaitkan data perubahan iklim dengan pertumbuhan tanaman sawit dan jumlah kasus BPB yang dipicu peningkatan virulensi Ganoderma 3% setiap satu dekade. Hasilnya, tingkat infeksi BPB pada 2019 di Sumatera secara keseluruhan mencapai 39%, daratan Sumatera 52%, Sumut 37%, dan Sumsel 51%. Pada 2070, perubahan iklim akan terus menggerus luasan lahan yang cocok untuk budidaya sampai ke level sangat rendah di 2100. Saat itulah, simpul Russel dalam jurnal MDPI,tingkat infeksi Ganoderma mencapai 100%.
 
Di laman Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, para peneliti e-Nose G menyebut, pada pertanaman generasi pertama, BPB bisa menurunkan produktivitas hingga 40% akibat tumbangnya pohon yang terserang. Sebagai gambaran, pada kebun sawit berumur 17 tahun generasi ketiga, serangan Ganoderma dapat menyisakan 70 pohon/ha. Padahal, kepadatan tanam biasanya 136 atau 143 pohon/ha tergantung varietas.
 
Potensi kerugian tersebut setara dengan Rp210 miliar per tahun untuk kebun seluas 10 ribu ha. Terbayang bukan nilai kerugian Indonesia akibat penyakit tular tanah tersebut. Apalagi, diketahui serangan Ganoderma bisa terjadi sejak di pembibitan. Lalu, bagaimana cara memitigasinya?
 
 
Mulai dari Benih Tahan
 
Dalam upaya menekan BPB, beberapa produsen benih sawit merakit varietas yang toleran terhadap serangan Ganoderma. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merilis varietas DXP 540 NG pada 2017. Socfin Indonesia menjagokan DXP Socfindo MTG sejak 2013. Sementara, Dami Mas Sejahtera mengunggulkan DXP Dami Mas Intermediate Ganoderma Resistant (IGR) mulai 2016. Pendatang baru, ASD-Bakrie Oil Palm Seed Indonesia juga sedang bersiap masuk pasar tahun ini.
 
Menurut Saistyo Agi Hendiwiyarto, Sales & Marketing Manager PT Dami Mas Sejahtera, anak usaha Sinar Mas Agribusiness and Foods, pihaknya meyakini penggunaan varietas dengan ketahanan genetik dapat mengurangi kejadian tanaman sakit antara 30%-50%. “Angka ini belum final karena proses pengamatan masih terus dilakukan,” ujarnya dalam respon tertulis. Kecambah varietas moderat tahan Gano ini umumnya dibanderol dua kali lipat harga yang nontahan, sekitar Rp16 ribuan/butir.
 
Lebih jauh Saistyo mengungkap, Sinar Mas melalui SMART Research Institute (SMARTRI) memulai penelitian untuk menghasilkan varietas yang toleran terhadap Ganoderma sejak 2010. Pertimbangannya, Ganoderma termasuk salah satu penyakit mematikan yang merupakan momok bagi perkebunan sawit terutama setelah peremajaan, yaitu generasi kedua dan ketiga.
 
Penelitian mencari varietas yang toleran Ganoderma tersebut, lanjut dia, dilakukan secara fenotipik dan genotipik. Untuk fenotipik dilakukan di daerah endemik Ganoderma di Sumatera Utara. Sedangkan untuk genotipik atau analisis berbasis DNA, dilakukan Tim SMART Plant Production dan Biotechnology Division.
 
“Dari 2016 sampai 2020, karena keterbatasan suplai, benih varietas ini hanya disalurkan untuk kebutuhan internal perusahaan. Sedangkan, sejak 2020 kecambah varietas ini sudah dapat kami pasarkan keluar. Kapasitas produksi kami untuk varietas DxP Dami Mas IGR mencapai 5 juta kecambah per tahun. Dengan banyaknya program replanting perusahaan perkebunan saat ini, maka dibutuhkan salah satunya adalah kecambah kelapa sawit yang toleran Ganoderma,” beber peraih MBA lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
 
 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 355 terbit Januari 2024 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi
 
 

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain