Selasa, 12 Desember 2023

Jangan Lewatkan Peluang Bisnis Olahan Ayam!

Jangan Lewatkan Peluang Bisnis Olahan Ayam!

Foto: Windi Listianingsih
David Lamuda, iklim bisnis tumbuh sangat pesat

Dominasi usia produktif di Indonesia melecut laju bisnis kuliner.
 
Ekonom Dr. Aviliani mengungkap, sektor kuliner tumbuh positif di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pun bisnis olahan ayam menunjukkan kinerja cukup memuaskan bagi para pelaku usahanya. Mari simak peluang dan tantangan bisnis olahan ayam dengan omzet menggiurkan itu.
 
 
Usia Produktif
 
Aviliani menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendorong kinerja positif sektor kuliner Indonesia. Pertama, usia produktif yang mendominasi 70% komposisi penduduk Indonesia memiliki penghasilan dan gemar makan sehingga memacu pertumbuhan sektor kuliner. Kedua, daya beli masyarakat juga bagus, yang terdiri dari 20% kelas atas dan 40% kelas menengah.
 
”Jadi dengan daya beli meningkat, tentu saja mereka bisa produksi. Ketiga, masyarakat Indonesia sudah mulai berubah. Dulu makan di rumah, sekarang makan di luar. Akhirnya, makanan olahan yang dijual, yang diawetkan, dan restoran mulai naik juga,” ungkapnya kepada AGRINA, Kamis (21/11).
 
Doktor Manajemen Bisni alumnus IPB University itu menyatakan, tren bisnis makanan olahan, seperti daging ayam dan telur terus meningkat sejak pandemi Covid-19. ”Ayam dan telur meningkat juga karena biar bagaimanapun kebutuhan pangan selalu membutuhkan telur. Tren ke depan masih bagus. Pasalnya, masyarakat kita banyak usia produktif. Kedua, tren sisi demand (permintaan) meningkat karena setelah pandemi ini, makanan dan minuman itu terus naik. Juga, pola makan sehatnya belum terlaksana,” ulasnya rinci.
 
Makanan sehat menjadi penting karena pengaruhnya terhadap kesehatan. ”Ke depannya juga akan mempengaruhi orang tidak produktif dengan usia yang produktif. Oleh karena itu, di sini pengusaha pengelola makanan juga harus bicara makanan sehat, nggak asal orang makan. Makanan sehat memenuhi ada protein seimbang, kalori seimbang, sayur, itu penting,” saran Aviliani. 
 
 
Kuliner Berbasis Ayam Tumbuh
 
PT Cipta Aneka Selera (CAS), perusahaan kuliner berbasis ayam dengan konsep multi-brand, membuktikan pertumbuhan positif bisnis kuliner berbasis ayam. David Lamuda,Deputy of Head Division CAS mengatakan, bisnis usahanya pada2023 masih sangat menjanjikan dan potensial. ”Saya lihat sangat potensial karena apa, ayam ini protein hewani paling murah dan paling terjangkau. Dan, semua makanan yang diolah dari ayam itu bisa dibilang mudah diterima oleh masyarakat, comfort food-nya masyarakat,” ujarnya.
 
Apalagi, tahun ini dunia seolah resmi lepas dari masa pandemi. ”Iklim bisnis itu tumbuh sangat pesat. Banyak pemain baru, banyak pengusaha muda yang mulai berkecimpung baik di dunia kuliner maupun dunia lainnya,” sambung David kepada AGRINA di Jakarta, Selasa (05/12).
 
Sejauh ini, buka David, ”Bisnis kuliner CAS sangat memuaskan.” Buktinya, sepanjang 2023 sampai November, ”Ada 18 resto C’Bezt serta 89 Booth Yasaka yang bergabung. Yang own resto,punya kita sendiri,itu nambah dua. Bisa dibilang, sebulan sekali minimal dua resto kita buka,” katanya bangga.
 
Salah satu mitra CAS yang berbisnis kuliner ayam olahan di jelang akhir tahun ini adalah Ichsan Muhamad Hananto, pensiunan perusahaan distribusi. ”Siapa sih yang nggak suka ayam. Kayaknya nggak ada orang yang nggak suka ayam dan tidak ada alergi karena ayam, jarang. Ini salah satu potensi dan penjualannya cash keras. Tidak ada orang yang makan di sini utang. Malah kita sebagai pengusaha kalau bisa utang,” ujarnya sambil tergelak.
 
Ichsan membuka gerai C’Bezt di food courtgedung perkantoran daerah Kuningan Barat, Jakarta dengan target pasar 5.000-an orang. ”Gedung ini ‘kan ada 5.000 orang jadi potensinya menawarkan langsung juga masih bisa, bukan walk in customer saja, kita harus jemput bola, aktif,” tukas pria yang memulai usaha pada November 2023.
 
Mendapati gerainya dipadati pembeli, Ichsan optimis balik modalnya bakal cepat. ”Ini aja saya sudah belanja lagi, baru dua minggu. Sehari 70-80 transaksi, harga promo. Favoritnya di sini ayam geprek sama ayam bakar krispi,” ucap Ichsan. Ditambah lagi, CAS juga mencarikan pasar tambahan dengan mendatangkan pesanan nasi boks untuk acara-acara di sekitar lokasi gerai.
 
 
Tantangan dan Peluang 2024
 
David mengungkap, tantangan menjalankan usaha kuliner olahan ayam tahun ini adalah harga ayam yang melonjak tinggi pada semester I 2023. ”Itu cukup bikin kami kelabakan karena satu, kita nggak mungkin mengubah harga sefluktuatif harga ayam. Karena yang kami jamin ke mitra adalah suplai dan harganya bersaing. Kedua, harga jual menu kami juga nggak mungkin berubah dan pasti kita sesuaikan standarnya dan itu selalu berjalan sama setahun, nggak mungkin tiap minggu berubah,” ulasnya. Banyakpulapesaing baru skala besar dan kecil yang sebelumnya menahan diri karena pandemi mulai jor-joran berbisnis tahun ini. 
 
Menapaki 2024, David berpendapat, bisnis olahan ayam masih sangat potensial. “Apalagi dengan rencana adanya IKN di Kalimantan serta daerah di Timur Indonesia yang belum tereksplor dengan baik. Sejauh ini kami sudah berhasil mengirim ke Ambon dengan rencana penambahan satuoutlet C’Bezt lagi di sana bulan Desember,” tukasnya berseri.
 
Namun, ia tidak memungkiri ada faktor-faktor yang akan mempengaruhi. ”Ada dua jenis, faktor yang di dalam kontrol dan di luar kontrol. Faktor yang bisa kita kontrol seperti kualitas pelayanan, sarana promosi, dan kualitas bahan baku. Faktor yang tidak bisa kita kontrol seperti pesaing baru, harga ayam, iklim politik dan ekonomi,” jelasnya.
 
Ichsan pun sepakat. ”Kebutuhan (konsumsi) ayam nggak pernah mati. Bisnis ini potensial banget. Optimis, insyaallah,” serunya penuh keyakinan. Apalagi, pengembangan produk bisnis yang ia lakoni berjalan baik dengan dukungan pewaralaba sangat besar. ”Support-nya nggak hitungan, terasa oleh mitranya. Kalau mitra merasa terbantu dengan support-nya, pasti akan terbantu ke customer-nya juga,” lanjutnya. Sebagai mitra,Ichsan mengaku akan menghadapi tantangan dalam mengontrol bahan baku yang tidak disuplai C’Bezt, seperti beras, cabai, dan minyak goreng.
 
Menyambut 2024, ulas David, pihaknya secara bertahap mengubah spesifikasi bahan baku menggunakan potongan ayam yang lebih besar daripada pesaing dengan harga yang tetap kompetitif. “Margin kita masih bisa sama karena hargaayam besar lebih murah sedikit dibandingkan harga ayam premium. Kalau tanya ke pemain ayam manapun, jawabnya begitu. Beli ayam besar harganya pasti lebih murah,” sahutnya mengenai laba yang diperoleh dengan servis memperbesar potongan ayam. Selain itu, ada pula program-program yang ditujukan untuk pangsa pasar anak-anak dan kaum muda.
 
 
Windi Listianingsih dan Sabrina Yuniawati

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain