Senin, 16 April 2018

Aplikasikan Vaksinasi, Ketatkan Biosekuriti

Vaksinasi dengan dukungan biosekuriti ketat dapat mengurangi pemakaian antibiotik dalam memagari penyakit yang akan masuk. 
 
Pemberlakuan larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoter (AGP) membuat peternak khawatir penyakit akan lebih mudah menyerang ayam. Ongkos produksi pun bakal membengkak lantaran harus memberikan imbuhan pakan pengganti AGP dan menambah antibiotik untuk pengobatan.
 
Untuk menepis kekhawatiran itu, peternak perlu membentengi ayamnya dari serbuan bakteri ataupun virus penyebab penyakit. Marcelo Paniago menganjurkan, peternak sebaiknya menerapkan vaksinasi dan mengetatkan biosekuriti yang juga bisa menekan penggunaan antibiotik.
 
Director Veterinary Service Ceva Animal Health Asia itu melanjutkan, industri perunggasan sudah sangat berkembang selama beberapa dekade terakhir. Begitu juga dalam memproduksi broiler, saat ini jauh lebih menantang. Selain memperbaiki keamanan dan efisiensi, pengurangan sebaran penyakit menjadi amat penting dalam mencapai tujuan memproduksi broiler tanpa antibiotik.
 
Program terpadu harus saling mendukung satu sama lain sehingga tantangan dalam memelihara broiler tanpa AGP bisa terlaksana dengan baik. “Mengurangi penggunaan antibiotik pada ayam broiler bukanlah hal yang mudah. Tanpa mengesampingkan faktor penting lainnya, vaksinasi membantu peternak dalam mencapai tujuan ini. Vaksinasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program tersebut,” tandas Paniago.
 
 
Tantangan 
 
Semakin besar peternakan, semakin besar juga tantangan dalam mengelolanya. Paniago menuturkan, seiring dengan berubahnya sistem kandang, kepadatan ayam per meter persegi di dalam kandang akan semakin tinggi. Perubahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lain yang memproduksi broiler.
 
Technical & Marketing Manager Ceva Animal Health Indonesia, Ayatullah M. Natsir menimpali, tantangan lingkungan peternakan di Indonesia lebih tinggi. Peternak dituntut dapat melakukan efisiensi karena tidak mudah untuk mendapatkan lahan baru sehingga mereka memaksimalkan lahan yang ada. “Kepadatan bertambah, itu yang menjadi tantangan tersendiri dalam hal mengontrol penyakit,” ulas Ayat, sapaannya.
 
Tantangan lainnya adalah biosekuriti. Sampai sekarang, menurut pengamatan Ayat, banyak peternak belum menerapkan biosekuriti di kandang. Kesenjangan praktik biosekuriti masih banyak terjadi, pengetatannya belum sama di satu lokasi dengan lokasi lainnya. Selain itu, pekerja kandang pun masih belum memenuhi syarat dalam pengaplikasiannya.
 
 
Vitalnya Vaksinasi
 
Paniago menuturkan, AGP selain mengurangi kematian bila terjadi wabah penyakit juga mengurangi reaksi pascavaksinasi dan mengurangi dampak masalah kebersihan di kandang. Tak mengherankan bila selama ini peternak menggunakan AGP juga sebagai sistem preventif dan strategis.
 
Ketika antibiotik tak lagi boleh dipergunakan dalam produksi, langkah pertama yang perlu ditekankan adalah pengendalian penyakit. Paniago menandaskan, pengawasan terhadap infeksi wajib ditingkatkan. Menurutnya, vaksinasi memegang peranan besar dalam  mengontrol penyakit.
 
Berbarengan dengan kemajuan teknologi, kualitas vaksin pun terus mengalami perkembangan. Kualitas vaksinasi berkontribusi dalam mengurangi infeksi bergulir sehingga reaksi pascavaksinasi berkurang. 
 
Ayat menjabarkan, vaksinasi saat ini bisa dilakukan pada tiga masa, yakni di pembibitan (breeder), hatchery, dan broiler (kandang). Vaksinasi di breeder bertujuan meningkatkan imunitas dan kualitas DOC dari serangan virus ataupun bakteri patogen.
 
Sementara vaksinasi di hatchery umumnya untuk mencegah penyakit pernapasan seperti IB (Infectious Bronchitis), ND (Newcastle Disease), gumboro (Infectious Bursal Disease - IBD). “Yang digunakan itu strain vaksin yang lebih aman karena sangat menentukan reaksi pascavaksinasi,” papar lulusan kedokteran hewan IPB itu.
 
Sementara penggunaan vaksin di broiler farm tergantung kebutuhan. Dalam beberapa kasus, memang ada yang tidak perlu divaksinasi ulang. Namun di lapangan, ada beberapa pula yang harus direvaksinasi seperti ND. Jadi vaksinasi di broiler itu sebagai komplemen.
 
Dalam hal optimalisasi broiler, vaksinasi di hatchery bisa diterapkan. Menurut Ayat, vaksinasi di hatchery mengalami perkembangan pesat karena memberi kekebalan lebih awal pada anak ayam umur satu hari di hatchery. Kualitas vaksinasi jadi lebih maksimal sehingga performa broiler meningkat
 
 
Pengetatan Biosekuriti
 
Bila vaksinasi sudah diaplikasikan, peternak perlu mengetatkan biosekuriti. Fadjar Sumping, menganjurkan peternak untuk menerapkan biosekuriti tiga zona. Maksud tiga zzona adalah ada pembagian zona merah, kuning, dan hijau. Ketiga zona tersebut memisahkan area kotor, semi bersih, dan bersih. Tujuannya melindungi ternak dari kontaminasi penyakit. “Biosekuriti tiga zona telah terbukti mengurangi angka kematian ternak dan mampu meningkatkan kualitas telar,” ujar Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementan ini meyakinkan.
 
Teknis pelaksanaannya, menurut Amin Suyono, Regional Technical Manager Cobb Vantress, biosekuriti dimulai dari personel kandang yang higienis. Jumlah orang yang masuk ke kandang harus dibatasi. Kalaupun perlu masuk ke kandang, mereka wajib dalam keadaan bersih dan tidak tercemar dari luar. Karena pada prinsipnya, pengamanan dengan biosekuriti bertujuan agar kuman penyakit tidak masuk terbawa ke dalam peternakan.
 
Kendaraan pengangkut ternak harus diparkir di luar. Sediakan fasilitas foot dipping (area untuk mencelupkan sepatu boot) di gerbang farm dan pastikan itu digunakan. Setiap kandang juga mesti dilengkapi sepatu dan seragam khusus. Dan yang jangan sampai terlupakan, sanitasi tangan sebelum masuk dan ketika keluar kandang.
 
Amin menyudahi, “Kunci keberhasilan dalam menerapkan itu semua, baik di departemen breeder, hatchery, ataupun broiler farm adalah team work,”
 
 
Try Surya Anditya

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain