Kamis, 24 Agustus 2023

Permasalahan Teh Perlu Solusi Tepat

Permasalahan Teh Perlu Solusi Tepat

Foto: Sabrina Yuniawati
Adanya potensi untuk meningkatkan pendapatan tambahan melalui kredit karbon

Bandung (AGRINA-ONLINE.COM) - Aliansi Teh Asia (ATA), koalisi organisasi teh terbaik dari negara-negara penghasil teh utama di Asia berkumpul mengatasi masalah yang dihadapi petani teh. Tujuannya untuk memperkuat produksi dan perdagangan teh yang efisien secara ekonomi, berkelanjutan secara lingkungan serta meningkatkan kondisi kerja (23/8).
 
Mengatasi beragam tantangan yang dialami oleh produsen teh lintas negara di Asia, rencana ini memahami peranan vital teh bagi pembangunan perdesaan dan sebagai sumber penghidupan bagi jutaan orang. Lebih lanjut, industri teh saat ini berjuang untuk melawan dan mengatasi dampak perubahan iklim, harga yang stagnan, biaya tenaga kerja dan input yang tinggi, pasokan berlebih, tingginya biaya transaksi dan tantangan terkait harga yang adil, semua komponen tersebut amat mempengaruhi sektor teh, khususnya sosial, ekonomi dan lingkungan.
 
Ketua Aliansi Teh Asia, Nayantara Pal Chaudhary menyatakan, “Sementara permintaan konsumen akan teh yang diproduksi secara etis meningkat, keberlanjutan ekonomi bagi produsen teh seringkali diabaikan. Produsen dibebani oleh beragam upaya terkait kelestarian lingkungan/environmental stewardship, peningkatan produktivitas, keterlusuran dan tanggungjawab sosial, beragam tugas yang mensyaratkan lebih banyak tenaga kerja, kapital dan pelaporan,” jelasnya.
 
Rachmad Gunadi, Ketua Dewan Teh Indonesia menyatakan, Aliansi mempercepat inovasi dan pertumbuhan ekonomi, mempromosikan praktek-praktek berkelanjutan yang selaras dengan standar internasional, serta menentukan arah bagi industry teh yang lebih resilien, setara dan sejahtera yang bermanfaat bagi semua pihak. “Solidaridad, organisasi masyarakat sipil global dan convener ATA yang netral, bertujuan untuk membuat perubahan transformative bagi komunitas teh,” jelasnya.
 
Shatadru Chattopadhayay, Direktur Pengelola Solidaridad, menekankan, adanya potensi untuk meningkatkan pendapatan tambahan melalui kredit karbon. “Rantai pasok yang positif karbon merupakan narasi keberlanjutan baru, harga adil bagi Layanan ekosistem yang disediakan oleh petani teh kecil dapat terus berlanjut,” katanya.
 
Ketua Paguyuban Tani Lestari, Waras Paliant mengatakan, posisi petani berada di paling ujung rantai pasok dengan segala keterbatasan. Ketergantungan yang besar pada pelaku lain, juga semakin menempatkan petani pada posisi tawar yang rendah.
 
“Harus ada solusi inovatif untuk mengubah kondisi tersebut. Salah satunya adalah seperti kami (paguyuban) lakukan bersama para petani dengan membangun produk teh rakyat yang telah kami beri nama ‘Teh nDeso’. Melalui event Asia Small Tea Growers Conference 2023, kami akan mengumumkan rencana melakukan ekspansi pasar ke Jawa Barat dan launching brand Teh Juwara,” terangnya.
 
Lanjut Waras, banjirnya impor teh di pasar Indonesia juga karena konsumen Indonesia lebih menghendaki produk teh dengan harga murah. Hal itu membuat para pengusaha minuman bahan baku teh, lebih pilih impor teh berkualitas rendah dengan harga murah. Kondisi ini berlanjut, tentu dapat merugikan sektor teh Indonesia dan berdampak negatif bagi seluruh petani teh.
 
Veronika Ratri, Direktur Eksekutif ITMA (Indonesian Tea Marketing Association) mengungkapkan, “ITMA akan selalu memberikan support pada produk teh rakyat, karena masa depan industri teh Indonesia sangat bergantung pada Perkebunan Rakyat, mengingat dominasi kepemilikan lahan ada pada mereka. Maka dari Itu, kami mengajak generasi muda terutama yang bergerak di sektor F&B, Kafe, dan UKM pangan untuk ikut membantu mempromosikan dan menggunakan produk yang dihasilkan dari teh rakyat,” ungkapnya.
 
Gunadi menambahkan, konferensi ini memberikan platform unik dan inovatif bagi pelaku industri untuk bertukar ide. Membangun kemitraan dan bekerja sama. “Kesejahteraan komunitas petani teh di Asia dan khususnya petani teh Indonesia,” pungkas.
 
Delegasi ATA yang mewakili negara China, India, Indonesia, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka. Asia Tea Alliance (ATA) adalah aliansi organisasi teh dari negara-negara produsen dan konsumen teh utama di Asia. Aliansi ini secara rutin menyelenggarakan pertemuan tahunan yang memberikan wadah untuk saling memperkuat hubungan yang menguntungkan, dengan cara berbagi informasi. Promosi perdagangan untuk meningkatkan konsumsi teh, meningkatkan pertukaran teknologi dan lain-lain sehingga terjadi kerjasama antar negara yang saling mendukung untuk menciptakan sektor teh yang lebih kompetitif dan berkelanjutan di Asia.
 
Asia Tea Alliance (ATA) berdiri pada tahun 2019 yang beranggotakan enam negara penghasil teh dunia diantaranya India yang diwakili oleh Indian Tea Association (ITA), China diwakili oleh China Tea Marketing Association (CTMA), Indonesia diwakili oleh Indonesia Tea Marketing Association (ITMA), Bangladesh diwakili oleh Bangladesh Tea Association (BTA), Nepal diwakili oleh Nepal Tea Producers’ Association, dan Sri Lanka Diwakili oleh The Planters’ Association of Ceylon.
 
 
 
Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain