Jumat, 8 Maret 2024

Mekanisasi Inklusif Dorong Ketahanan Pangan Nasional

Mekanisasi Inklusif Dorong Ketahanan Pangan Nasional

Foto: Sabrina Yuniawati
Bisnis alsintan di Indonesia memiliki peluang besar

Jakarta (AGRINA-ONLINE.COM) - AGRINA media publikasi agribisnis terkemuka baru saja menyelenggarakan seminar dan talk show bertajuk “Pertanian Modern: Meraih Peluang Pasar Mesin Pertanian di Indonesia”. Acara yang berkolaborasi dengan PRISMA (program kerja sama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk pertumbuhan pasar pertanian) tersebut dihadiri sekitar 100 peserta, termasuk perwakilan perusahaan alsintan, petani, dan asosiasi. Seminar ini berfokus pada upaya membuat mekanisasi pertanian lebih inklusif bagi petani skala kecil.
 
Menurut Bungaran Saragih, Ketua Dewan Redaksi AGRINA, tingkat mekanisasi Indonesia merupakan terendah di Asia Tenggara, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan, sedangkan daratan lebih banyak daerah rawa. Sehingga membutuhkan teknologi bagus untuk pertanian di daerah tersebut. Indonesia dapat meniru alat mesin pertanian (alsintan) di Jepang dengan memodifikasi alsintan untuk wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan, bisnis alsintan di Indonesia memiliki peluang besar.
 
“Masalah Indonesia bisa membawa petani kecil menjadi modern, serta membuat organisasi petani kecil dalam satu hamparan agar menjadi unit ekonomi yang efisien dan efektif agar mencapai skala usaha. Sehingga bisnis alsintan bisa berfungsi dengan baik. Mekanisasi pertanian memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan petani kecil dan memastikan terwujudnya ketahanan pangan nasional,” kata Menteri Pertanian RI periode 2000 – 2004 saat membuka seminar dan talk show, (7/3), Jakarta.
 
Bungaran menekankan, mekanisasi pertanian memiliki peran dalam praktik pertanian modern berkelanjutan dan potensi swasembada pangan. Mekanisasi pertanian atau industri agrootomotif merupakan bagian dari subsistem agribisnis hulu yang harus berjalan secara silmutan dan harmonis untuk mendukung terwujudnya produksi pangan atau subsistem agribisnis on-farm (usaha tani).
 
Mengembangkan adopsi mekanisasi pertanian lanjut Bungaran, harus lebih merata sesuai dengan kebutuhan nasional. Hal ini perlu adanya dukungan berbagai stakeholder terkait, meliputi pemerintah, produsen dan distributor alsintan, lembaga pelatihan, hingga lembaga pembiayaan. Pasalnya, petani memiliki keterbatasan akses terhadap pengetahuan, teknologi, dan permodalan.
 
Seminar dan talkshow diadakan beberapa sesi, sesi seminar menghadirkan pembicara yaitu Kepala Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BSIP Mektan), Kementerian Pertanian, Agung Prabowo. Wakil Ketua Asosiasi Teknologi Tanpa Awak (ASTTA), Asha W. Saelan. Principal Business Consultant PRISMA, Nanang Widyanarko.
 
Agung Prabowo menjelaskan, usaha pemerintah dalam mengembangkan alat dan mesin pertanian modern disesuaikan dengan kebutuhan Indonesia. Namun penggunaannya belum tepat jumlah dan lokasi. “Ciri pertanian modern seperti, kondisi dan situasi suatu daerah. Contoh, traktor roda 2 di Jawa sudah biasa tapi di Merauke transplanter masih terbilang modern karena belum cocok mereka lebih suka menebar benih. Penggunaan alsintan menurunkan tenaga kerja 69%, biaya produksi kurang lebih 31%, susut hasil 68%, serta provitas naik 10%, penggunaan alsintan untuk mendapatkan profit,” jelasnya.
 
Sementara itu, Asha W. Saelan memaparkan peluang dan tantangan teknologi pesawat nirawak (drone) di Indonesia. ASTTA bekerja sama dengan PRISMA mengembangkan materi pelatihan penyemprotan lahan pertanian bagi operator drone. “Peluang pasar drone pertanian sangat besar. Penggunaan teknologi hanya mengandalkan pengalaman dan naluri. Manfaat penggunaan drone dapat memantau kesehatan tanaman, pemetaan dan topografi, penanaman, pembibitan, penyemprotan, dan solusi irigasi,” ungkapnya.  
 
Pada acara ini PRISMA juga menunjukkan berbagai kegiatan dalam meningkatkan adopsi mekanisasi untuk membantu peningkatan pendapatan petani kecil di pedesaan. Strategi intervensi PRISMA melalui fasilitasi pelaku usaha dalam memperluas jangkauan pasar, peningkatan kapasitas pelaku pasar, dan memfasilitasi hubungan bisnis bagi perusahaan mesin. "PRISMA berkomitmen untuk membantu petani skala kecil mengadopsi teknologi mekanisasi sehingga pendapatan mereka dapat ikut meningkat,” ujar Nanang Widyanarko.
 
Sesi talk show ada dua. Sesi pertama talk show mengangkat tema ”Solusi di Luar Bantuan: Peran Vital Opsi Pendanaan dan Layanan Purnajual di Pasar Alsintan. Januar Ananta, Senior Business Consultant PRISMA mendiskusikan skema pembiayaan swasta untuk ketersediaan mesin pertanian. Narasumber berikutnya, Wahyu Adhi Nugroho, Sharia Community Banking, Nanobank Syariah dan Syaifudin Zuhri, Wakil Direktur Pengembangan Layanan United Tractor School memaparkan peran kedua lembaga dalam mendukung pelaku pasar di sektor pertanian, utamanya melalui dukungan pembiayaan dan kemampuan memberikan layanan purnajual.
 
Sesi kedua talk show membahas pentingnya pengetahuan pasar sebelum memperluas operasi bisnis ke wilayah baru. Dian Wicaksono, CEO MRKTG menyampaikan, “Pengetahuan pasar sangat penting bagi perusahaan mesin pertanian yang ingin memasuki pasar baru.”
 
Senada dengan hal tersebut, narasumber lainnya yakni Dimas Harvid, Chief Marketing Officer Sasana Digital menyoroti kesiapan lembaga pelatihan dalam membantu pelaku usaha mengembangkan dan mengoptimalkan saluran daring seperti media sosial untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Sesi ini diakhiri dengan pembelajaran praktis yang bersumber dari kerja sama PRISMA dengan MRKTG dan Sasana Digital oleh Karima Zahra, Senior Business Consultant PRISMA.
 
 
 
 
 
Sabrina Yuniawati

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain