Senin, 10 Nopember 2008

Dr. Ir. Made L. Nurdjana “KARENAMU KU JADI BEGINI”

Banyak orang-orang hebat, tapi tatakramanya kurang. Itu yang harus kita kendalikan.

Sering sekali kita melupakan para senior atau pensiunan. Tetapi tidak bagi Dr. Ir. Made L. Nurdjana, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). “Saya yakin, mereka jago-jagonya, sudah puluhan tahun membina perikanan,” kata ayah tiga anak ini, saat ditemui di kantornya, Rabu, 29 Oktober 2008.

Pengalaman mereka sangat berharga bagi kemajuan perikanan nasional. Dalam kondisi krisis sekarang ini, misalnya, Made berdiskusi dengan para seniornya. Pemikiran mereka sejalan: jangan hanya melihat pasar di luar negeri, tetapi perhatikan pasar dalam negeri, yang jumlah penduduknya 223 juta jiwa. “Mereka mempunyai feeling perikanan yang tinggi, orang-orang yang menguasai masalah,” kata alumnus Fakultas Perikanan IPB ini.

Misalnya, untuk menggenjot konsumsi udang di dalam negeri, mereka sependapat untuk mengembangkan udang berukuran 150–200 ekor per kg, yang harganya sekitar Rp25.000 per kg. Udang kecil ini antara lain digunakan untuk rempeyek. Sedangkan jenis ikan untuk konsumsi di dalam negeri, sebaiknya dikembangkan lele dan patin, yang harganya sekitar Rp10.000 per kg. “Saran mereka sejalan dengan kita. Lihat komoditas yang bisa dipacu. Kita rutin tukar pikiran. Itulah antara lain bentuk penghargaan kita,” lanjut Made.

Trendsetter

Banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari perjalanan doktor dari Universitas Gajah Mada ini. Sewaktu menjabat Kepala Balai Budidaya Air Payau, Jepara, Jateng, ia merekrut orang-orang terbaik dari IPB, Universitas Hasanuddin, Universitas Brawijaya, dan sebagainya. “Mereka dikompetisikan, mana yang terbaik,” ucap Made. Jangan heran, kalau banyak “alumni” dari Jepara ini yang menjadi pimpinan.

Meski mereka pintar-pintar dan sedikit beriklim demokratis, tapi tetap memperhatikan disiplin dan tatakrama. “Tetap kita kendalikan supaya disiplinnya ada, hormatnya ada,” ujar  Made, yang pernah menjadi Dirjen Perikanan Tangkap DKP ini. “Banyak orang-orang hebat, tetapi tatakramanya kurang. Itu kita jaga,” lanjut Dirjen yang berambut jambul ini.

Rambut jambul? Ya. Rambut Pak Dirjen ini memang terlihat acak-acakan seperti rambut anak-anak muda zaman sekarang. “Sekarang malah ditiru anak-anak muda. Jadi, saya ini futuristik juga,” kilahnya sembari tertawa. “Bapak ini trendsetter,” tambah F.K. Suryani, Kasubag Humas dan Perpustakaan, Ditjen Perikanan Budidaya, DKP. Pernah suatu hari, setelah wawancara dengan kru TV, rambutnya yang ketika shooting sudah disisir rapi, dibuatnya berjambul lagi. Ya, rambut jambul adalah salah satu ciri orang Bali ini. Tapi, sebagai orang Bali, dosen Sekolah Tinggi Perikanan (STP) ini mengaku hanya penikmat seni.

Makna di Balik Patung

Di rumahnya di kawasan Tanjungbarat, Jakarta Selatan, Made memajang empat patung setinggi 4,5 meter yang terbuat dari kayu trembesi. “Saya punya empat patung, yang beratnya tiga ton. Gambarnya berbeda-beda,” ungkap ayah tiga anak 5 November ini berulang tahun yang ke-58.

Pertama, patung udang berdiameter 175 cm dan tinggi 4,5 meter. Judulnya, “Karenamu Ku Jadi Begini”. Memang, Made, yang pernah menjadi Direktur Usaha dan Pengolahan Hasil, Ditjen Perikanan, Deptan, ini bisa berhasil seperti sekarang antara lain, karena ahli tentang udang. Pada usia 36 tahun, ia meraih gelar doktor di Universitas Gajah Mada, 1986, dengan disertasi, “Pengaruh Ablasi Mata Unilateral terhadap Perkembangan Telur dan Embrio serta Kualitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon)”.

Kedua, patung Anoman Duta. Dalam cerita pewayangan, Anoman ini membakar dan menghancurkan kota Alengka. Tapi oleh Rahwana, dalam tiga hari, kota Alengka pulih kembali. Apa artinya? “That is power. Power itu, ya seperti itu. Kalau bisa, miliki kekuasaan, baru bisa berbuat. Kekuasaan itu perlu,” tegas Made, dengan sangat antusias.

Ketiga, patung Jatayu, garuda, sedang mencengkeram Rahwana. Dalam cerita pewayangan, Rahwana ini merebut Dewi Sinta, istri orang lain. Apa artinya? Memegang kekuasaan itu harus hati-hati. “Banyak sekali godaannya. Kalau tidak hati-hati, jatuh,” imbuh Made. Orang Jawa bilang molimo, yaitu main perempuan, judi, maling (korupsi), madat (ganja), dan mabuk-mabukan. Godaan-godaan seperti inilah yang sering menjatuhkan seseorang.

Keempat, patung Jatayu yang sedang menggigit Rahwana. “Kalau Anda memegang kekuasaan, harus siap untuk digigit, dipatok, dan didemo,” terang birokrat yang juga pernah menjadi Direktur Bina Sumber Hayati, Ditjen Perikanan, Deptan. Setelah keempat patung tersebut, di belakangnya terdapat patung Saraswati, Dewi Ilmu Pengetahuan. Tingginya sekitar 1,5 meter. “Kekuasaan itu harus dilandasi dengan ilmu pengetahuan,” katanya.

Di ruang rumahnya terdapat relief Jepara tentang Karna Tanding. Kresna menjadi supir Arjuna. Arjuna bingung, yang mau dipanahnya adalah pamannya, dan yang mau dibunuh keponakannya. Karna menasihati Arjuna, dan nasihat itu dibukukan: Bhagavat Gita, nyanyian Tuhan. “Kalau saya duduk, ada Nyanyian Tuhan di atas saya,” kata Made.

Di depan relief tadi, Made bisa memandang lukisan orang tuanya, Ketut Giri, dan mertuanya, Putu Sumatera, yang sudah meninggal. “Itulah orang-orang pertama yang berjasa, yang harus saya hormati. Kita ditanamkan, sangat hormat orang tua. Biar sudah meninggal, rasa hormat itu tetap harus ada,” ujar alumnus Lemhanas, 1999, ini. Cara menghormati orang tuanya, sama seperti patung udang tadi, “Karenamu Kujadi Begini”. 

Syatrya Utama dan Krus Haryanto

 

DATA PRIBADI:

Nama                : Dr. Ir. Made L. Nurdjana

Lahir                 : Bangli, 5 November 1950

Pendidikan        : 1. S1 Perikanan IPB (1976)

                          2. S3 Biologi UGM (1986)

Jabatan : Dirjen Perikanan Budidaya, DKP (sejak 10 Juni 2005)

Diklat                : 1. Bacterial Diseases in Shrimp in USA

                          2. Aquaculture Research Methodology in Philipines

                          3. SPAMA (1993)

                          4. SESPANAS (1995)

                          5. LEMHANAS (1999)

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain