Senin, 22 Desember 2008

David Andi Purnama, Satu Sukacita Sehari

Layaknya jargon sebuah perusahaan otomotif, inovasi tiada henti, itulah yang senantiasa ada di benaknya untuk mengejar mimpinya menjadi orang besar.

Kesuksesan David Andi Purnama meracik dan memasarkan probiotik SOZOFM-1—4 tidak menyurutkan langkahnya untuk terus berinovasi. Berawal dari Geri, salah satu anak kembarnya yang menderita kelainan jantung minum SOZOFM-4. Ternyata ia lebih sehat, berani berolahraga, dan tidak mimisan. Ia lalu minta papanya membuat SOZO untuk manusia. Jadilah David mengutak-atik ekstrak 18 jenis buah tropis, umbi rumput teki, dan minyak ikan hiu yang hidup di laut dalam. Hasilnya, SOMAN 1 FM. Produk berupa jamu tetes yang resmi dipasarkan 4 Desember 2008 ini sungguh luar biasa.

Kendati baru lulus uji sebagai obat diabetes dan luka, produk tersebut sudah terbukti membantu penyembuhan berbagai penyakit. Begitu banyak orang terbantu, begitu banyak pula pengidap penyakit terangkat penderitaannya. Tak salah bila salah satu penggunanya sampai bilang, “Di mana ada SOMAN, di situ ada harapan. Di mana ada SOMAN, di situ ada cahaya kehidupan.”

Rumus Luar Biasa

Penemuan formula itu sebenarnya tidaklah mengherankan bila kita kenal dekat dengan David Andi, begitu biasa orang menyapanya. Pria kelahiran Bandung, 22 Mei 1968 ini memang sangat ulet. Tertipu beberapa mitra kerja pun tak membuat ayah dari Mario Ruben, Margeri Bastiono, dan Rachel Trisha Nadine ini patah arang. Dicarinya lagi mitra yang dapat bersinergi dengannya. Sampai menyeberang pulau pun dia tak keberatan hingga akhirnya menemukan pendukung utama, Fadel Muhammad, orang nomor satu di Provinsi Gorontalo. Di sana pula suami Frida Ro’ong ini mendirikan pabrik SOZOFM-1—4 dan SOMAN 1 FM.

Laki-laki yang beberapa tahun lalu sangat hard selling bila berbincang, kini sungguh berbeda. Banyak mengalir perbincangan tentang nilai-nilai hidup. Misalnya saja saat peluncuran SOMAN 1 FM di Hotel Borobudur, Jakarta. Walaupun produk ciptaannya itu luar biasa, “Saya ingin tetap jadi David yang seperti sekarang ini. Dukung saya supaya tidak jatuh dalam kesombongan, jangan bikin saya terlena,” ucapnya sambil terisak.

Kini tujuan pria lulusan SMA ini hanyalah bagaimana membuat hidupnya berkah bagi orang banyak. Dalam langkah praktisnya, bikin satu sukacita per hari, minimal untuk istri. “Kalau kita bikin orang sukacita, sebenarnya bukan hanya buat dia, tapi juga buat kita sendiri sehingga sepanjang hari kita jadi produktif karena kita merasa senang. Dengan menjadi produktif, seseorang akan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya maupun orang lain,” katanya sembari tersenyum.

Manajemen SDM

Langkah satu sukacita per hari itu juga diwujudkan dalam mengelola perusahaannya. Sampai sekarang dan mungkin saat perusahaannya besar nanti, ia tidak membutuhkan departemen pembelian (purchasing). “Jika saya pakai tenaga purchasing tentu akan lebih banyak uang yang harus keluar untuk bayar macam-macam. Belum lagi mark up harga dan lain sebagainya,” dalih pengoleksi batik dari berbagai daerah ini.

Karena itu, untuk pengadaan bahan baku misalnya, ia lebih suka menunjuk langsung pemasok dengan memberikan harga di atas rata-rata. “Bahan baku saya tawar naik, kalau harga Rp5.000, saya beli Rp6.000. Yang dijual Rp25.000 jadi Rp27.500,” ungkapnya bersemangat. Cara itu membuat pemasok bahan baku akan lebih jujur, punya loyalitas, dan integritas. “Kita harus beri kesempatan agar mereka bisa berkembang, jadi termotivasi untuk menghasilkan bahan baku yang berkualitas,” tambah pembaca iptek dan otobiografi ini.

Hal yang sama diterapkan saat menunjuk tabloid agribisnis sebagai event organizer acara peluncuran SOMAN 1 FM. Banyak rekannya mempertanyakan keberaniannya melepas acara itu ke pihak yang dinilai belum punya nama sebagai event organizer. Dan ia sama sekali tidak mengontrol pekerjaan itu. Pun untuk mengecek persiapan terakhir sebelum hari H juga tidak dilakukannya.  “Saya bilang ke mereka, saya pakai dia (tabloid agribisnis) karena teman dari dulu. Saya tahu cara kerjanya. Kedua, energi saya akan lebih bermanfaat dan produktif untuk memikirkan yang lebih besar,” David masih bersemangat. Toh nyatanya acara berlangsung sukses. “Buat saya itu yang penting, itu yang saya inginkan,” tegasnya.

Lebih Besar

Mulai meraih sukses dalam berjualan SOMAN 1 FM, David bersiap menggapai mimpinya yang lebih tinggi lagi. Ia berancang-ancang merelokasi dan membesarkan pabriknya ke Manado agar bisnisnya lebih berkembang dan dapat menolong lebih banyak orang di seantero nusantara.

Proses produksi pabrik itu akan fully mechanic, dari mulai bahan baku masuk hingga produk dibotolkan tidak ada campur tangan manusia. Listriknya akan dipasok dari biogas sapi perah dan sapi pedaging yang dipelihara di sekitar pabrik. Susu dari sapi perahnya tidak akan dijual tapi diberikan kepada masyarakat sekeliling pabrik agar mereka tiap hari minum susu. “Itu kerinduan saya agar keluarga saya di Manado bisa hidup lebih sehat, bukan dengan cap tikus (merek minuman keras),” David menguraikan mimpinya sambil terkekeh.

Keinginan David mengubah seputaran Manado itu lagi-lagi hanyalah pijakan sementaranya. Ia ingin mengubah Indonesia. Lihat saja puisinya berikut:

Kita ingin Indonesia berubah

Mari kita mulai dari diri sendiri

Maka keluarga berubah, lingkungan berubah

Kampung berubah, kecamatan berubah

Kota-kabupaten berubah, provinsi berubah

Indonesia berubah.

Kenapa Indonesia belum berubah?

Karena kita berharap orang lain dulu yang berubah

Maka kita selalu menyalahkan orang lain

Kita mengritik, mencaci, menghakimi dan lain-lain

Mari kita ubah wajah Indonesia

Dengan kita mulai dari mengubah diri kita dahulu

Jangan tunda! Mulailah dari sekarang

Ya sekarang! Bukan besok

Karena kebiasaan menunda berarti kita tidak mau berubah

Berarti Anda hanya bermimpi bila ingin Indonesia berubah

Ayo kita berubah ...

Tri Mardi, Peni Sari Palupi

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain