Selasa, 12 Desember 2023

Tidak Mati Walau Banyak Tantangan Menggerogoti

Tidak Mati Walau Banyak Tantangan Menggerogoti

Foto: GPPU
Peta proyeksi suplai DOC 2024

Market di Indonesia masih banyak, 60% penduduk mengalokasikan 35%-40% pengeluaran untuk konsumsi.
 
Industri peternakan unggas tengah mengalami masa surut, khususnya dalam satu tahun terakhir ini. Perusahaan unggas terkemuka di Indonesia, yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. dan PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. misalnya, mengalami kerugian pada kuartal I 2023 dan merasakan penurunan laba yang signifikan di kuartal II 2023.
 
Menurut Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Achmad Dawami, selama 52 tahun menjalankan usaha, baru kali ini Japfa mengalami kerugian. "Ini artinya kita harus hati-hati menghadapi, tidak bisa main ngawur aja," tegasnya.
 
 
Kondisi Peternakan Unggas
 
Dawami menjelaskan, industri peternakan unggas menghadapi bermacam tantangan pada tahun 2024. Mulai dari harga sarana produksi peternakan (sapronak) dan karkas impor Brasil yang selalu mengancam; perubahan iklim, inflasi, dan resesi; serta konsumsi per kapita yang rendah. "Income (pendapatan) per keluarga 5% digunakan untuk protein daging, 12% untuk rokok," ucapnya miris. Kemudian, ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, panjangnya mata rantai penjualan, dan era disruptif.
 
Dawami menyoroti kewaspadaan terhadap penurunan daya beli masyarakat yang disebabkan beberapa hal. Yaitu, efek kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat gemar menabung, bunga bank naik, judi online meningkat dan menyasar rakyat kecil, harga beras naik, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), meningkatnya klaim Jaminan Hari Tua (JHT) dalam dua tahun terakhir, pengetatan moneter secara global sebagai efek ganda akibat perang, dan investasi melambat karena ketidakpastian politik. "Kalau beras naik, masyarakat income turun, mau apa? Pasti protein menjadi second atau alternatif. Lebih baik kenyang," timpalnya.
 
Kondisi populasi ayam 2024 juga tergantung pada impor Great Parent Stock (GPS) broiler pada 2022. Impor GPS 2022 sebesar 659 ribu ekor, naik 6% dari tahun 2021. "Harus hati-hati. Sedangkan, demand-nya bagaimana? Prognosa kelebihan 576 juta ekor (2024) tidak sedikit lo! Produksi telur juga demikian, diperkirakan 2024 akan menghasilkan kelebihan 9% telur. Makanya, kita harus mengubah situasi dan harus berubah menjadi cutting distribution channel to end user," Dawami mengingatkan pada seminar nasional "Outlook Bisnis Peternakan 2024: Potret Bisnis Peternakan di Tahun Politik".
 
Wakil Ketua Umum Pinsar Indonesia, Eddy Wahyudin menambahkan, potret industri ayam ras pedaging (broiler) dan ayam ras petelur (layer) menghadapi struktur biaya budidaya di tingkat peternak mandiri di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan Badan Pangan Nasional. Pasar ayam hidup (livebird) pun terindikasi kelebihan suplai.
 
Kemudian, kebijakan pemerintah belum berpihak kepada industri peternakan ayam ras dalam negeri, terutama pada peternak rakyat mandiri skala mikro, kecil, dan menengah. Penegakan aturan yang dikeluarkan pemerintah juga lemah.
 
Jumlah peternak mandiri pun terus menurun dan termarginalisasi. "Kondisi broiler harganya masih lebih rendah dari harga biaya produksi maupun harga acuan nasional karena memang suplai kita masih lebih banyak. Pekerjaan kita itu saja terus, bagaimana mengatasi kelebihan. Sementara, pasarnya pun naik-turun," kata Eddy.
 
 
Industri Pakan Unggas
 
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, mengatakan, industri pakan ternak sangat tergantung pada pertumbuhan industri perunggasan. "Berapa DOC (Day Old Chick) yang akan dibesarkan, panen berapa. Kenapa? Karena 90% pakan ternak itu produksi pakan ayam. Mati-hidupnya industri pakan sangat tergantung dari perkumpulan industri perunggasan," tegasnya.
 
Produksi pakan unggas, kata Desianto, diharapkan mencapai 27 juta ton pada tahun ini.  Sementara itu, kapasitas terpasang pabrik pakan di Indonesia sebanyak 27,598 juta ton atau naik sebesar 36 ribu ton dari tahun 2022. "Terdapat penambahan kapasitas sebesar 36 ribu ton di Sumatera," imbuhnya.
 
Kemudian, jagung sebagai bahan pokok dalam pakan ternak idealnya digunakan 55%-60%. Tapi, komposisinya dalam pakan tergantung harga jagung. Kalau harganya melambung sampai Rp6.500/kg bahkan mendekati Rp7.000/kg, pemakaiannya dalam formulasi pakan akan turun.
 
"Kenyataannya realisasi sampai Oktober 2023, pemakaian jagung hanya 41,7%. Karena harga jagung mencapai Rp7.000/kg, maka realisasi Oktober penyerapannya hanya sekitar 400 ribu ton. Jadi untuk realisasi hanya 6 juta ton sampai bulan Oktober. Kita konversi sampai bulan Desember itu sekitar 7,2 juta ton yang diserap dan formulasi 41,7%," jelas Desi, sapaan akrabnya.
 
Industri pakan ternak tahun 2024, dia memprediksi, "Masih berkutat pada ketersediaan bahan pakan lokal atau jagung, di mana 2024 akan mengalami kemunduran sampai kuartal 2." Artinya, suplai jagung akan sulit diperoleh dari Januari sampai Februari tahun depan dan mundur sampai Maret dan April. Penyerapan jagung oleh pabrik pakan pada 2024 diproyeksi sekitar 8,3 juta ton.
 
Dampak situasi geopolitik global dalam perang Gaza juga akan mempengaruhi harga dan panen. Termasuk, negara eksportir bahan baku gandum dan kedelai. "Kebutuhan gandum diperkirakan 8,3 juta ton dengan asumsi mencapai 42% formulasi jagung dalam pakan. Regulasi pemerintah terkait pembebasan PPN (pajak pertambahan nilai) bahan baku pakan ternak, bea masuk antidumping pada beberapa importir asam amino dari China. Itu kurang kondusif untuk pertumbuhan industri pakan," jelasnya.
 
 
Tidak Mati
 
Di tengah kelesuan ekonomi global dan nasional, Dr. Aviliani, pengamat ekonomi meyakini, industri peternakan tidak ada matinya sebab kebutuhan pangan adalah kebutuhan pokok. Justru, ungkapnya, kebutuhan pokok ini semakin meningkat. "Kenapa? Karena masyarakat kelasnya 70% usia produktif. Usia ini menjadi salah satu tantangan di mana kebutuhan pangan meningkat. Jumlah restoran makin naik, kebutuhan bikin telur juga. Jadi, ini ada pertumbuhan meningkat," terangnya.
 
Dia menjabarkan, pemulihan ekonomi ada di negara berkembang sedangkan masanya negara maju sudah selesai. Pasalnya, pertumbuhan demografi yang menjadi sumber utama dalam berbisnis, ada di negara berkembang. "Kalau tidak ada demand (permintaan), bagaimana orang mau investasi. Bank juga tidak akan memberikan kredit. Ini negara maju sudah terjadi penurunan jumlah demografi, bahkan sudah 80%," jelasnya.
 
Merujuk data IMF, ekonomi global tahun 2023 diprediksi melambat karena permintaan dunia yang belum pulih. Ekonomi negara maju hanya tumbuh 1,5%, seperti Amerika Serikat 1,8% dan Uni Eropa 0,9%. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi China dan India masing-masing 5,2% dan 6,1%. Tidak hanya itu, perdagangan dunia juga melambat. Di tahun ini perdagangan dunia diperkirakan tumbuh 2%, yaitu di negara maju tumbuh 2,3% atau turun dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, di negara ekonomi dan pasar berkembang, perdagangan diprediksi tumbuh 1,5% meski turun dari 3,7% pada 2022.
 
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri, urai Aviliani, melambat pada kuartal III 2023 walaupun tetap tumbuh 4,94%. "Ekonomi Indonesia tidak jelek-jelek banget. Di antara negara berkembang, kita akan tetap tumbuh 5% tahun depan. Catatan saya, inflasi dan nilai tukar itu perlu diperhatikan karena itu akan berfluktuasi di tahun depan, minimal sampai semester 1 2024," urainya.
 
Dan yang menjadi angin segar namun perlu diperhatikan, menurut perempuan kelahiran 14 Desember 1963 itu, market di Indonesia masih banyak. Dari struktur 270 juta orang, sebanyak 60% penduduk mengalokasi 35%-40% pengeluaran untuk konsumsi. Ada juga 20% penduduk dengan pengeluaran di atas 45% dari total konsumsi.
 
Alokasi pengeluaran 35%-40% ini berasal dari kalangan menengah bawah, menengah atas, dan kelas atas. "Permikirin gizi untuk orang kelas atas seperti apa. Kalau makanan kesehatan, laku keras. Jadi, kapasitas demand besar, tinggal kampanye makan ayam," serunya.
 
 
Perubahan dan Sinergi
 
Setiap krisis akan menghasilkan tantangan dunia dan kebiasaan baru sehingga Dawami menyarankan untuk mengikuti arah perubahan konsumen. Kemudian, melakukan sinergi yang berkesinambungan antar-stakeholder. "Perlunya sinergi, jangan bekerja sendiri-sendiri. Libatkan minimal pemerintah, pengusaha, ahli-ahli, perguruan tinggi!" cetusnya.
 
Di samping itu, pemerintah harus mewujudkan keseimbangan supply-demand. "Jumlah impor GPS itu dikurangi untuk keseimbangan. Meskipun dua tahun lalu pemerintah mengeluarkan SE (Surat Edaran)Kementan banyak kontroversi, menurut saya itulah untuk menyeimbangkan karena sudah terlanjur banyak impornya," ulas pria kelahiran 24 April 1056 itu.
 
Ia menilai baik atas keterbukaan data dari pemerintah. Tinggal akurasinya yang harus diperbaiki agar semakin bagus. "Apapun upayanya harus didukung untuk perbaikan. Pemerintah mengukur struktur harga DOC berapa, yang pantas harga ayam berapa, dan lainnya," tandas Dawami.
 
Aviliani menambahkan, pemerintah bisa melakukan beberapa langkah startegis. Seperti, mendorong sistem resi gudang untuk mengelola stok, khususnya bagan baku pakan.
 
Lalu, menyalurkan kredit melalui insentif makroprudensial, antisipasi depresiasi nilai tukar rupiah agar tidak membuat biaya impor semakin mahal, dan merealisasikan sasaran pembangunan, yaitu menetapkan Bali dan Nusa Tenggara menjadi sentra unggulan sektor peternakan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Terakhir, mendorong realisasi penanaman modal dengan mempermudah perizinan berusaha sektor peternakan.
 
 
 
 
Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain