Rabu, 7 Juli 2010

Panen Parsial Maksimalkan Keuntungan

Memanen sebagian (parsial) dan membiarkan sisanya sampai umur tertentu menjadi upaya petambak untuk meningkatkan produksi dan menggembungkan laba.

Tujuan panen parsial antara lain untuk mengurangi kepadatan dan risiko, mempercepat pertumbuhan dan menciptakan size besar pada udang yang tersisa, meningkatkan produksi dan keuntungan karena udang size besar harga jauh lebih mahal. Selain itu juga menekan risiko penyakit akibat udang terlalu padat serta mempertahankan kualitas lingkungan dalam tambak dan umur budidaya bisa lebih lama.

Petambak memanen sebagian (parsial) udang saat mencapai bobot rata-rata 10—13 g per ekor pada umur 80—100 hari. Sisanya dibesarkan hingga size tertentu (35—50 g). Lama pemeliharaan berkisar 130—150 hari.

Panen parsial dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan jaring trawl maupun jala. Panen ini dilakukan tanpa mengurangi air dalam tambak untuk mengindari stres berlebihan pada udang. Waktu panennya pagi atau malam hari saat suhu rendah atau sinar matahari tidak terlalu terik. Beberapa hari sebelum panen, udang diberi pakan berkualitas dengan tambahan vitamin, premiks, dan imunostimulan untuk mencegah atau mengurangi stres saat dipanen.

Teknis Panen

Cara panen parsial:

1.                  Persiapan meliputi penyediaan pengangkutan (mobil pick up), wadah penampung udang (bak fiber), es batu dan air bersih, serta peralatan panen (jala minimal 5 buah) atau jaring trawl. Peralatan tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu (disterilkan kalau perlu) agar tidak menularkan penyakit bila telah atau akan digunakan panen di petak lainnya.

2.                  Bak penampungan disiapkan di dekat tambak yang dipanen. Diisi air secukupnya dan es hingga airnya cukup dingin dengan suhu air 5oC atau kurang.

3.                  Udang sebelumnya dipuasakan. Saat akan dijaring/dijala, udang diberi pakan seperlunya pada sisi (bagian) tertentu saja agar mengumpul. Setelah 5 menit, udang mulai dijaring atau dijala. Setelah beberapa kali jalaan dan hasil tangkapan udangnya masih kurang, penangkapan diistirahatkan dan udang diberikan pakan kembali agar mereka mengumpul. Penangkapan udang dilanjutkan lagi. Begitu seterusnya hingga target tonase terpenuhi.

4.                  Udang yang telah ditangkap dimasukkan ke dalam bak penampungan berisi air dan es sebelum diangkut ke tempat sortir atau pengepakan. Bila jumlahnya sudah cukup banyak, pindahkan udang ke wadah yang disiapkan di atas mobil pick up. Bila penangkapan memanfaatkan jaring trawl, udang yang terkurung jaring diambil dengan serok dan langsung dimasukkan dalam wadah di atas mobil pick up. Selanjutnya udang diangkut ke tempat penyortiran dan ditimbang. Udang lalu dikemas dalam wadah (fiber) dan dilapisi es dengan perbandingan minimal 1 : 1.

5.                  Jumlah udang yang dipanen sekitar 20%—30% dari populasi udang di tambak

6.                  Panen parsial dapat dilakukan satu atau dua kali tergantung jumlah udang yang dipanen dan waktu panen.

Hitungan

Karena patokan harga selalu berubah-ubah, maka perhitungan berikut diberikan  sebagai ilustrasi.

Kolam ber 3.000 m2, ditebar dengan kepadatan 125 ekor per m2. Total benur 375 ribu ekor. Panen normal 120 hari, size 60 ekor per kg, kelangsungan hidup (SR) 85%, hasil panennya 5.312,5 kg. Bila harga Rp37.000 per kg, maka jumlah pemasukan Rp196.562.500.

Bila dilakukan panen parsial pada umur 100 hari, size 77 ekor per kg (13 g) sebanyak 1 ton. Sisa udang dilanjutkan hingga 150 hari, maka dapat dihitung sebagai berikut.

- Saat umur 100 hari SR 85%, populasi udang = 375.000 x 85% = 318.750 ekor.

- Dipanen = 1.000 x 77 = 77.000 ekor

- Sisa udang = 318.750 – 77.000 = 241.750 ekor

Kalau selama budidaya lanjutan, angka kematian rata-rata 100 ekor per hari, maka sisa udang yang dipanen umur 140 hari tinggal = 241.750 – (20 x 100) ekor = 239.750 ekor. Jika saat panen size udang mencapai 23 g per ekor (13 + (0,25 x 40) atau 43,5 ekor per kg, jumlah biomassa udang (439.750/43,5) = 5.650 kg.

Jadi total panen = 1.000 + 5.560 = 6.560 kg.

Pemasukan :

Misal harga size 60 adalah Rp37.000, naik-turun Rp200 untuk size 50—70, maka harga size 77 = Rp33.600. Jumlah penerimaan = 1.000 x Rp33.000 = Rp33.000.000.

Harga size 50 berdasarkan patokan harga tersebut adalah Rp39.000 (=Rp37.000 + Rp2.000). Sedangkan size 50 ke bawah nilai per size Rp250, jadi harga size 43,5 = Rp40.625. Sehingga pendapatannya = 5.560 x Rp40.625 = Rp225.875.000

Total pendapatan = Rp33.000.000 + Rp225.875.000 = Rp258.875.000

 

Perhitungan biaya:

-                     Benur = 375.000 x Rp33 = 12.375.000

-                     Kebutuhan pakan:

FCR : tanpa panen parsial 1,6, dan dengan panen parsial 1,9

Tanpa parsial = 1,6 x 5.312,5 kg = 8.500 kg, Biaya pakan = 8.500 x Rp11.000 = Rp93.500.000

Dengan parsial = 1,9 x 6.560 kg = 12.464 kg, Biaya pakan = 12.464 x Rp11.000 = Rp137.104.000

Suprapto, Bidang Pengembangan Teknologi Shrimp Club Indonesia

 

 

 

Tabel Perhitungan Keuntungan dan Perbedaannya.

Keterangan                Tanpa Panen Parsial    Dengan Panen Parsial                  Beda

                                     Rp                            Rp

Benur                        12.375.000                 12.375.000

Pakan                        93.500.000                 137.104.000

Obat-obatan               10.625.000                 11.808.000

Overhead                  9.031.250                  9.840.000

Total biaya               125.531250                171.127.000

Tonase                     5.312,5 kg                 6.560 kg                   1.247,5 kg

Penerimaan               196.652.500               258.875.000

Keuntungan             71.121.250                87.748.000                 16.626.750

               

Dari ilustrasi tersebut, jelas dengan sistem panen parsial, hasil panen lebih banyak dan keuntungan lebih besar. Namun masa budidaya menjadi lebih lama 20 hari.

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain