Rabu, 4 Januari 2023

2023, Tekanan Permintaan Semakin Kuat

2023, Tekanan Permintaan Semakin Kuat

Foto: Istimewa
Bungaran Saragih - Produksi komoditas di dalam negeri meningkat tetapi tidak cukup mengimbangi pertumbuhan konsumsi

“Pada 2023 pertumbuhan konsumsi akan meningkat lebih besar daripada pertumbuhan produksi sehingga harga-harga produk pertanian akan meningkat. Hal ini akan dapat menyumbang peningkatan inflasi secara makro,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
 
 
Apa penyebabnya?
 
Belajar dari pengalaman 2022 dan melihat konteks dalam dan luar negeri sekarang, pada 2023 pertanian dan agribisnis akan mengalami tekanan lebih berat dari sisi permintaan.
 
Akibatnya, secara umum terjadi peningkatan harga yang lebih tinggi. Memang ada beberapa komoditas pangan dan pertanian yang harganya turun tapi secara rata-rata harga akan naik.
 
Semakin besarnya tekanan permintaan dan harga naik lebih tinggi dapat meningkatkan inflasi. Sekalipun permintaan atau produksi masih tetap akan meningkat tetapi pertumbuhan permintaan jauh lebih besar.
 
Hal tersebut dipicu beberapa faktor luar dan dalam negeri. Kondisi internasional ada yang menggembirakan dan tidak menggembirakan sehingga menimbulkan ketidakpastian yang lebih besar terhadap perkembangan produksi dan konsumsi.
 
Pertama, setelah berlangsung selama tiga tahun, pandemi Covid-19 mulai mereda di banyak negara, kecuali China yang belum ada kepastian. Hal ini berdampak bagus untuk mulai bergerak lagi tapi sayangnya dampak pandemi justru menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun. Terjadi resesi di mana-mana, namun banyak ahli yakin hal itu tidak akan terjadi di Indonesia.
 
Kedua, perang di Ukraina yang berpengaruh sangat berat buat kita dari segi ketersediaan pupuk terutama pupuk kalium. Pupuk kalium ini sangat penting untuk peningkatan produksi. Jika perang terus berlanjut, maka dampaknya akan besar bagi pertanian dan agribisnis kita.
 
Sementara faktor dalam negeri terkait antara dinamika suplai dan demand. Pertama, pertambahan penduduk. Lajunya sudah berkurang tapi masih tetap tinggi, yaitu 1,13% menjadi 275,77 juta jiwa pada pertengahan 2022 dari sebelumnya 272,68 juta jiwa. Ada tambahan sekitar 3 juta jiwa yang harus diberi makan sehingga memberi tekanan lebih besar dari sisi permintaan.
 
Kedua, pertumbuhan ekonomi nasional masih sekitar 5% yang juga menyebabkan peningkatan konsumsi. Di samping itu, pandemi Covid-19 menyadarkan masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi dan berkualitas supaya kesehatannya meningkat. Jadi kedua hal tersebut membuat konsumsi meningkat dan tuntutan kualitas pangan juga akan lebih meningkat.
 
Ketiga, penawaran atau produksi. Belajar dari pengalaman lalu, tampaknya upaya peningkatan produksi melalui ekstensifikasi semakin terbatas karena areal baru sangat sulit didapat. Syukurlah belakangan ini curah hujan cukup memenuhi kebutuhan pertanian tetapi harga pupuk meningkat akibat perang di Ukraina yang menghambat perdagangan pupuk internasional. Memang ada subsidi pupuk tapi tidak memadai lagi karena harganya sudah meningkat tinggi.
 
Dan keempat, inisiatif baru untuk peningkatan produktivitas juga sangat lamban lantaran belum ada penelitian dan inovasi baru yang memadai. Hal ini disebabkan kurang produktifnya lembaga-lembaga penelitian kita. Bendungan-bendungan baru sudah dibangun tapi efektivitas dan efisiensinya masih kita tunggu. Sinergi antara on-farm dan downstream agribusiness belum banyak kemajuan. Semua ini sangat menghambat peningkatan produksi untuk menyeimbangkan pertumbuhan permintaan.
 
 
Apa yang akan terjadi pada agribisnis kita pada 2023?
 
Produksi komoditas di dalam negeri tetap meningkat pada 2023, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi pertumbuhan konsumsi. Pada 2022 secara agregat pertanian bertumbuh sekitar 1,5%, sedangkan pada 2023 bisa bertumbuh lebih dari 2% karena tarikan dari permintaan dan harga produk-produk agribisnis yang lebih baik. Tapi sulit diharapkan untuk bertumbuh lebih dari 3% seperti masa sebelum pandemi Covid-19.
 
Jadi apa yang akan terjadi pada 2023? Secara garis besar pertumbuhan konsumsi akan meningkat lebih besar daripada pertumbuhan produksi sehingga harga-harga produk pertanian akan meningkat. Akibat tekanan permintaan dan kenaikan harga, akan ada tekanan pada peningkatan impor hasil pangan dan pertanian.
 
 
 
Untung Jaya

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain