Minggu, 4 Juni 2023

UDANG : Lebih Baik Mencegah Karena Udang Susah Diobati

UDANG : Lebih Baik Mencegah Karena Udang Susah Diobati

Foto: Windi Listianingsih
Kontrol pakan setiap hari melalui anco

Perubahan lingkungan secara drastis menyebabkan udang mudah terserang penyakit.
 
Tindakan pertama dalam menghadapi penyakit udang adalah pencegahan. Pasalnya, menurut Kepala Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Supito, SPi, MSi, udang itu susah diobati.
 
“Jadi, jangan berpikir orang akan mengobati udang karena udang ini tidak mempunyai syaraf sensor penyimpanan memori dan cara memasukkan ke tubuh udang sangat sulit. Oleh karena itu, tindakan pertama adalah pencegahan,” terangnya.
 
 
Jenis Penyakit
 
Supito menjelaskan, penyakit udang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu penyakit virus, bakterial, dan noninfeksius. Penyakit virus ada 6 macam, yakni whitespot syndrome virus (WSSV), taura syndrome virus (TSV), myo (IMNV), IHHNV, SCV, YHV, CMNV. Penyakit bakterial yang saat ini sedang marak adalah EHP (enterocytozoon hepatopenaei), WFD (white feces disease), dan AHPND (acute hepatopancreatic necrosis disease). ”Semua disebabkan bakteri vibrio yang mengalami mutasi genetik sehingga menjadikan suatu penyakit,” ungkapnya.
 
Kategori ketiga, sebenarnya bukan penyakit tapi terjadi karena keracunan amonia, nitrit, dan H2S akibat pengelolaan tambak yang kurang maksimum. Berdasarkan pengalamannya, kualitas lingkungan menjadi sangat penting dan menentukan kondisi kesehatan udang.
 
Contohnya, karena tidak bisa mengendalikan lingkungan tambak sehingga terjadi penumpukan bahan organik, menyebabkan insang udang kotor, blooming plankton, dan akhirnya udang mati.
 
”Penyakit itu sebagai second effect (efek kedua) daripada udang yang lemah akibat dia dipelihara pada media yang kualitas airnya tidak sesuai dengan kebutuhan. Dengan udang lemah maka akan muncul penyakit,” tukasnya.
 
Penyakit berak putih atau WFD sering terjadi pada air yang berwarna hijau gelap dan hijau kebiruan, perubahan warna air dari hijau ke cokelat secara drastis, serta dominasi bakteri Vibrio sp di air tambak mencapai paling rendah 12,5%.
 
Artinya, sambung Supito, kita harus mengendalikan supaya air tidak berubah menjadi hijau gelap yang didominasi oleh blue green algae, menjaga air tidak berubah-ubah warna dengan mengatur ketahanannya, dan mengendalikan vibrio dengan lactobacillus.
 
”Sebenarnya makhluk hidup akan tumbuh dan berkembang secara normal apabila dipelihara pada media yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya dan tidak berubah-ubah. Ini penting sehingga dengan perubahan secara drastis, menyebabkan dia akan mudah terserang penyakit,” pesan lulusan S2 Universitas Diponegoro itu.
 
 
Sumber Penyakit
 
Supito menjelaskan, sumber penyakit udang masuk melalui benih, air, dan carrier lewat manusia, krustasea, atau burung.
 
“Akibat kita membuang air yang tidak melalui pengolahan dengan baik, apalagi pada saat udang sakit dibuang keluar maka justru air yang akan kita masukkan di tambak lain, di kawasan lain juga akan terkena atau terinfeksi oleh bakteri maupun virus yang bisa masuk ke dalam tubuh udang, ke dalam lingkungan budidaya,” ucapnya.
 
Karena itu, tambak harus menggunakan sistem tandon dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk memperbaiki kualitas air dengan mengurangi kandungan organik lewat pengendapan.
 
“Yang kedua, kita menggunakan sterilisasi untuk meyakinkan bahwa air yang akan kita tambahkan di petak udang itu tidak mengandung penyakit,” sambung dia. Selanjutnya, menggunakan pagar agar tidak ada manusia atau burung tidak masuk ke dalam kawasan budidaya.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 348 terbit Juni 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain