Sabtu, 4 Juni 2022

Harga Bergairah, Produksi (Akan) Melimpah

Harga Bergairah, Produksi (Akan) Melimpah

Foto: Dok. Pribadi
Siswono (kiri) dengan tim Makmur PKC, produktivitas petani mitra meningkat

Membaiknya harga jagung di level petani belum diikuti ketersediaan pupuk subsidi yang mencukupi.
 
 
Pemerintah optimis produksi jagung tahun ini akan melebihi target. Pasalnya, menurut Moh. Ismail Wahab, Direktur Serealia, Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, produksi jagung pada Januari – Mei 2022 sudah mencapi 45% dari target produksi nasional.
 
 
Produksi 2022
 
Produksi jagung hingga Mei 2022 sebanyak 9,789 juta tonpipilan kering dengan kadar air 14%. Sementara, target produksi jagung nasional tahun ini sebesar 20,10 juta ton dengan kadar air 15%, luas tanam 4,27 juta ha,dan luas panen 4,12 juta ha. “Tinggal separuhnya lagi,” ujar Ismail kepada AGRINA (24/5). Akhir 2022 nanti Ismail yakin produksi emas pipilan ini akan melampaui target.
 
Terlebih, pertanaman jagung tahun ini didukung iklim yang banyak hujan di sentra produksi dan harga yang bagus di level petani. “Harganya sudah hampir 2 tahun dari 2020-2022, masih di atas Rp4.000-an/kg yang biasanya dulu harganya Rp2.000-an/kg. Bertahan di harga tinggi,” ucapnya.
 
Ismail menjelaskan, pihaknya menyiapkan strategi pengembangan jagungberupa pembukaan areal tanam baru (PATB), bantuan benih, perluasan kawasan food estate (FE) jagung, dan Program Jagung Khusus untuk Lembaga Pemasyarakatan (LP). Tahun ini PATBmencapai 12 ribu ha yang tersebar di 11 provinsi, seperti Aceh Timur, Aceh; Muaro Jambi, Jambi; dan Muara Enim, Sumsel.
 
Penerima PATB akan mendapat fasilitas sarana produksi yaitu benih, pupuk, dan pestisida. “Lahannya bisa baru dibuka untuk jagung, bisa lahan lama atau lahan tidur yang belum pernah ditanami jagung,” jelasnya. Sedangkan, bantuan benih jagung hibrida sebanyak 390 ribu ha dan akan dipanen sekitar 200 ribu ha di semester II 2022.
 
Program FE jagung yang sudah berjalan sejak 2020 ada di Sumba Tengah, NTB seluas 7.120 ha dan Belu, NTT seluas 148 ha. Menurut Ismail, kawasan FE jagung di Sumba Tengah meningkat dari 2.000 ha di 2020 menjadi 4.300 ha pada 2021 dan tahun ini 7.120 ha.
 
“Produktivitasnya bukan lagi 1-2 ton/ha karena pakai benih hibrida. Kisarannya jauh dari semula, rata-rata 4-6 ton/ha pipilan kering,” ungkapnya. FE di Belu baru berjalan tahun kedua dengan luasan yang sama, 148 ha. Kawasan Fe lainnya mencapai 140 ribu ha di Provinsi Maluku, Papua, Papua Barat, dan Sulteng.
 
Lalu, jagung khusus untuk LP seluas 256 ha. Setiap LP di seluruh Indonesia bisa mengikuti program ini. Yang sudah berjalan misalnya LP di Sumut, Aceh, Papua, dan NTB.
 
 
Makmur
 
Selain itu, pemerintah melalui Pupuk Indonesia Grup juga berupaya mengangkat produksi jagung lewat Pogram Makmur. Program Makmur jagung yang sudah berjalan ada di KabupatenLebak, Bantenpada musim tanam (MT) September-Oktober 2021 seluas 800 ha. Pertanaman jagung di lahan Perhutani ini dilakukan bertahapdengan melibatkan 573 petani, menggandeng BUMDes dan LMDH KecamatanGunung Kencana, pabrik pakan sebagai off-taker,dan perbankan.
 
Menurut Siswono, Koordinator Program Makmur Jagung di Lebak dari PT Pupuk Kujang Cikampek, pemilihan lahan Perhutani di Lebak berdasarkan usul Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Prov. Banten. Setelah observasi lahan dan hasil uji sampel tanah, program pun dimulai di musim penghujan untuk memenuhi kebutuhan pengairan di lahan kering itu.
 
Sekitar 500 ha lahan tersebut sudah panen dengan produktivitas rerata 5-6 ton/ha. “Lahan sudah ditanami semua. Sisanya masih menunggu panen dan ada yang di fase generatif. Panen terakhir di bulan Juni. Kontrak programnya satu musim tanam. Selesai panen, akan dievaluasi layak atau tidak programnya dilanjutkan karena terkait pembiayaan,” ulasnya.
 
Siswono menjelaskan, sebelumnya petani hanya bisa memanen 3-4 ton/ha jagung pipilan kering karena kendala ketersediaan air dan pola budidaya ala kadarnya. Program Makmur menerapkan SOP budidaya yang harus diikuti petani agar hasilnya bagus dan menyediakan sarana produksi berupa benih, pupuk, juga pestisida. Karena itulah produktivitas petani mitra Makmur meningkat.
 
 
Pupuk Seret
 
Para petani jagung di Lampung mulai tersenyum renyah selama 2 tahun belakangansebab harga jagung tengah membaik. Namun bukan berarti tiada masalah, pupuk subsidi seret sehingga produksi jagung tidak optimal.
 
Suharyono, petani jagung di Desa Sidowaras, Kecamatan Bumiratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah mengungkap, “Harga jual pada MT kedua tidak setinggi MT pertama yang mencapai Rp4.500/kg untuk kering panen. Harga jagung cenderung turun, terakhir sudah pada angka Rp3.600/kg untuk kering panen, ujarnya(18/5). Meski begitu, harga ini jauh lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya yang saat panen raya harga jatuh hingga di bawah Rp2.000/kg.
 
Menurut Yono, sapaannya, membaiknya harga mendorong petani menanam jagung dan melupakan singkong. “Di desa kami, sawah pun sudah ditanami jagung dan tidak ada yang menanam padi lagi,” katanya.Hanya saja petani kekurangan pupuk subsidi. Meski sudah mengisi Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), pupuk subsidi tidak mencukupi.
 
“Petani harus menambahnya dengan pupuk nonsubsidi yang harganya lebih dari 2 kali lipat mahalnyaketimbang pupuk subsidi sehingga biaya produksi melambung,” terangnya.Ini juga diikuti melonjaknya harga benih dan obat-obatan. “Harga obat-obatan sebelumnya Rp50 ribu/kemasan naik menjadi Rp65 ribu/kemasan,” keluh Yono.
 
Seretnya pupuk subsidi juga dialami Iin Parlina bersama petani jagung yang tergabung di Kelompok Tani Harapan I, Desa Rulung Mulya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. “Pada musim tanam I produksinya tidak maksimal karena pupuk kurang. Seharusnya pemupukannya dilakukan 3 kali.Tetapi karena pupuk subsidi kurang,maka pemupukan hanya 2 kali. Akibatnya,produksi hanya 4,5 ton/ha dari idealnya 7 ton ke atas,” ujarnya.
 
Iin menegaskan, kalau pemerintah ingin produksi jagung petani meningkat, caranya tiada lain dengan mencukupi kebutuhan pupuk subsidi. “Memang setiap tahun petani yang tergabung di dalam kelompok, mengisi RDKK. Tetapi realisasi turunnya pupuk subsidi tetap saja berdasarkan ketersediaan, alias di bawah kebutuhan petani,meski sudah pakaikartu petani berjaya (KPB) segala,” ungkapnya.
 
Jika pupuk cukup, petani bakal memupuk 3 kali agar jagung yang dihasilkan lebih banyak. “Kuncinya di situ. Apalagi,selama 2 tahun terakhir harga jual jagung mahal dan stabil. Kalau pun harga bibit dan saprodi lainnya naik, tidak persoalan selagi harga jual jagung tidak anjlok pada saat panen raya,” tandasnya.
 
 
 
Windi Listianingsih

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain