Kamis, 4 Agustus 2022

Inovasi Baru Penyemprot Gendong

Inovasi Baru Penyemprot Gendong

Foto: Syngenta
Demo penggunaan kliks di lapangan

Dengan memisahkan cairan pestisida dariair pelarutnya, para penyemprot lebih aman dari risiko terpapar pestisida.
 
Aplikasi pestisida kimia sintetis termasuk salah satu upaya untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Kendati seharusnya menjadi pilihan terakhir dalam pengendalian OPT terpadu, sampai sekarang pestisida sintetis masih diandalkan petani. Agar aplikasi bahan kimia tersebut efektif, efisien, dan aman, petani harus diedukasi staf lapangan perusahaan formulator pestisida, asosiasi terkait, dan juga penyuluh pertanian tentang tata cara pemanfaatan pestisida yang baik.   
 
 
Cara Baru
 
Alat aplikasi pestisida yang paling banyak digunakan petani adalah penyemprot gendong atau punggung (knapsack sprayer). Menurut Vicki Rizki Arneldi, Stewardship Manager PT Syngenta Indonesia, selama 30 tahun terakhir bisa dibilang tidak ada inovasi baru pada alat semprot ini. Padahal tuntutan keamanan pemanfaatan pestisida semakin mengemuka, baik dari sisi kesehatan pengguna maupun lingkungan.
 
Karena itu, lanjut Vicki, Syngenta yang menjadi pemegang izin herbisida terbatas pakai parakuat, mengembangkan alat semprot gendong baru dengan konsep Close Loop Knapsack System (CLKS). Supaya lebih mudah dimengerti petani, ia menyebutnya “kliks”. “Konsepnya mengadopsi Closed Transfer System (CTS) yang sudah banyak diterapkan di negara maju. Kliks ini suatu inovasi yang memisahkan produk perlindungan tanaman (prolintan) dan air pada penyemprot gendong sehingga ketika aplikasi lebih aman,” ungkap alumnus Faperta Universitas Singaperbangsa, Karawang, Jabar, itu.
 
Tujuan pengembangan kliks untuk meminimalkan risiko paparan pestisida ketika petani  menakar, menuang, dan mencampur pestisida. “Ini risiko paling tinggi karena petani masih kontak dengan pekatan. Jarang petani memakai Alat Pelindung Diri (APD) saat menakar. Pas menuang, kalau ceroboh bisa ada paparan di tangki semprot. Ketika tangkinya bocor, juga ada risiko bukan hanya tetesan tapi baju operator itu bisa basah di punggung. Risikonya lebih besar lagi kalau paparan sampai di bagian depan tubuh. Dengan kliks ini bisa diminimalkan,” sambungnya.
 
 
Tidak Hanya Lebih Aman
 
Komponen kliks terdiri dari tangki yang hanya berisi air, device, dan cartridge semacam tabung berisi pestisida atau prolintan. Dengan kliks tidak ada tahapan pencampuran pestisida secara manualkarena perusahaan mengemas prolintan dalam cartridge. Cartridge ini dipasangkan ke device yang berfungsi mencampur secara otomatis air dari tangki dengan prolintan. Jadi, tidak akan ada kebocoran pada fase penyiapan. Tanpa kebocoran juga berarti lebih irit dalam bujet pembelian prolintan dan mengurangi pencemaran bagi lingkungan hidup.  
 
Bila prolintan masih tersisa dalam cartridge seusai penyemprotan, tetap aman disimpan. Demikian pula kalau petani lupa mencuci tangkilalu menggunakannya esok hari, tidak ada masalah karena hanya berisi air sehingga aman bagi tanaman.
 
Fitur lainnya adalah kepastian dosis dan konsentrasi dari awal sampai akhir aplikasi. Hal ini ditunjang oleh selang penyemprot yang dilengkapi katup pengatur kestabilan tekanan (constant pressure valve). “Jika tekanan kurang, larutan semprot tidak akan keluar. Tujuan pemasangan katup agar curahan larutan sama. Jadi dosis dan konsentrasi bisa tepat,” urai Vicki.
 
Inovasi ini juga praktis dan menghemat waktu sang operator. “Hemat waktu persiapan penyemprotan: tak perlu nakar, nuang, nyampur. Tinggal isi air tangki, pasang cartridge ke device, langsung semprotkan ke lahan. Hemat waktu juga pascasemprot tidak perlu mencuci tangki karena hanya berisi air,” imbuhnya dalam suatu seminar International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences di Bogor beberapa waktu lalu.
 
 
Sudah Dikaji
 
Sejauh ini, kliks sudah dikaji efikasinya dalam aplikasi herbisida parakuat pada budidaya jagung dan sawit fase menghasilkan (TM). Hasil kajian Prof. Dr. Nanik Sriyani, M.Sc., pakar gulma Faperta Universitas Lampung beserta timnya menunjukkan penggunaan kliks dan alat penyemprot gendong konvensional dalam mengendalikan gulma sama efektivitasnya secara statistik, baik di perkebunan kelapa sawit TM maupun jagung. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase penutupan gulma total dan bobot kering gulma total.
 
Pada kebun sawit, aplikasi parakuat dengan dosis 414-828 g/ha atau 1,5-3 l/ha efektif menahan pertumbuhan gulma hingga enam minggu. Sementara pada jagung, dosis yang sama mampu menahan pertumbuhan gulma hingga empat minggu.
 
Sementara hasil kajian Prof. Dr. Dadang, M.Sc., dari Faperta PB University dan tim memperlihatkan, penggunaan kliks dapat menurunkan kontaminasi pada persiapan sediaan pestisida dan penyimpanan. Inovasi ini juga mengurangi kontaminasi ketika terjadi kebocoran pada tangki. Mengingat kontaminasi masih terjadi saat aplikasi pestisida, Dadang dan Vicki menyarankan para petani memakai APD agar kontaminasi itu tidak mengenai kulit.
 
Hingga naskah ini diturunkan, menurut Vicki, pihak Syngenta berencana melakukan pengujian kliks di tingkat petani pada akhir 2022. Kliks memang masih dikembangkan untuk aplikasi herbisida terbatas pakai, tetapi tidak menutup kemungkinan pemanfaatannya pada prolintan yang lain. Sebagian besar petani yang dilibatkan dalam uji coba dan sosialisasi menyambut baik kehadiran kliks.
 
“Kami berharap ke depan kliks juga dikembangkan perusahaan lain dan bisa diproduksi secara massal sehingga harganya lebih terjangkau,” pungkas Vicki.
 
 
 
 
Peni Sari Palupi

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain