Sabtu, 12 Agustus 2023

Barotu, Sang Juara dari Seputih Agung

Barotu, Sang Juara dari Seputih Agung

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Desain Barotu memperhatikan keseimbangan dengan ukuran roda yang lebih lebar daripada mesin bajak roda dua

Satu mesin bisa digunakan untuk membajak berbagai lahan.
 
Semangat dan tekad Aryanto, perekayasa mesin bajak mulitiguna dari Kampung Simpang Agung, Kecamatan Seputih Agung, Lampung Tengah berbuah manis. Hasil karyanya berhasil meraih juara nasional dalam ajang Lomba Satya Inovasi Desa pada Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nusantara XXIV di Bandar Lampung, Lampung.
 
Mesin bajak multiguna inovasi sarjana teknik mesin dari Universitas Malahayati, Bandarlampung ini berhasil mengalahkan puluhan mesin dan inovasi dari berbagai provinsi di Indonesia.
 
Atas kesuksesannya tersebut Mas Ari, panggilan akrabnya, mendapatkan medali, piagam penghargaan, serta uang pembinaan senilai Rp30 juta yang diserahkan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Menteri Desa PDTT) Abdul Halim Iskandar pada acara penutupan TTG Nusantara XXIV.
 
 
Konsep
 
Ketika disambangi AGRINA di bengkelnya di Simpang Agung, alumnus SMK PGRI 2 Terbanggi Besar tahun 2002 ini mengaku, konsep mesin bajak multiguna dirancang ketika ia bekerja di Korea Selatan (Korsel) tahun 2007 dan mulai uji coba produksi tahun 2017. Barulah mesin bajak itu diproduksi massal tahun 2020 silam.
 
Saat kuliah, Ari sempat cuti 3 tahun untuk magang di Korsel guna mencari dana untuk menyelesaikan kuliah. Selama di Korsel, ia bekerja di pabrik onderdil mobil Motonic Corp yang memproduksi suku cadang mobil Hyundai.
 
Aryanto mengaku, ide pembuatan mesin bajak multiguna ini guna mencari solusi atas permasalahan pengolahan lahan pertanian di tempat tinggalnya. Khususnya, pada pembajakan lahan untuk penanaman jagung dan singkong yang menjadi komoditas utama petani di daerahnya.
 
“Jika pembajakan menggunakan sapi dan cangkul, terbilang merepotkan petani dan butuh waktu lebih lama. Sementara jika menggunakan mesin bajak modern, biayanya terbilang mahal dan kebanyakan petani kecil di kampung saya ini keterbatasan modal,” tutur Ari mengawali percakapan.
 
Atas kondisi demikian, ia merancang mesin bajak kecil yang bisa membantu petani jagung dan singkong dalam membajak lahan agar waktu bajak lebih cepat dibanding menggunakan sapi, apalagi dicangkul, namun biayanya murah.
 
Setamat kuliah tahun 2010, ia mengajar di SMKN 1 Seputih Agung sambil terus menyempurnakan rancangan bajak ciptaannya. Pada tahun-tahun pertama proyek inovasi mesin pertanian ini mulai uji coba produksi, banyak kelemahan dalam desain. Lebih dari lima kali ia mengubah desainnya namun mesin tersebut masih mengalami kegagalan ketika dioperasikan.
 
Karena itu dalam menyempurnakan rancangan mesinnya, Ari harus mengajukan pinjaman ke bank dan menguras tabungan hasil kerja di luar negeri. Sejak desain pertama kali dirancang hingga mencapai hasil akhir, ia menghabiskan dana sekitar Rp12 juta hingga baru mulai diproduksi massal tahun 2020.
 
 
Barotu
 
Menurut pria berbadan tegap dan berkulit sawo matang itu, mesin bajak roda satu itu dirakit satu persatu dari lempengan besi lalu dipasang penggerak berupa pinwheel dan rasiopulley, bukan gear box layaknya mesin pertanian pada umumnya. Alasan memilih pinwheel dan rasiopulley agar lebih mudah diperbaiki bila terjadi kerusakan saat penggunaan oleh konsumen.
 
Mesin bajak tersebut dinamai mesin bajak roda satu (Barotu) multiguna. Sebab dengan satu mesin bajak bisa digunakan untuk membajak lahan persiapan tanam jagung, singkong atau hortikultura. Bisa juga digunakan untuk mengendalikan gulma dan mengorek pangkal tanaman buat pemupukan.
 
Ari menjelaskan, Barotu lebih murah dibandingkan mesin bajak roda dua yang selama ini banyak diproduksi pabrik dengan harganya rata-rata Rp9 juta ke atas. Sementara, Barotu sendiri yang menggunakan mesin penggerak 160 CC merek Proquip buatan Thailand berbahan bakar pertalite atau pertamax dijual dengan harga Rp7,5 juta per unit. Biaya operasionalnya juga terbilang murah karena untuk 1 liter BBM bisa digunakan selama 2 jam untuk membajak lahan seluas 2.500 m2 atau seperempat hektar.
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 350 terbit Agustus 2023 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain