Kamis, 4 Agustus 2022

Mencari Strategi Agar Pakan Lebih Efisien

Mencari Strategi Agar Pakan Lebih Efisien

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Laksono Adi Muladhi, kombinasikan pakan pabrikan dan maggot dengan perbandingan 70:30

Margin laba budidaya lele saat ini tidak terlalu besar. Perlu siasat agar tetap untung dan budidaya tetap optimal.
 
 
Biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam produksi peternakan, termasuk budidaya lele. Porsinya70%-75%. Catatan Gabungan Perusahan Makanan Ternak (GPMT), produksi pakan lele pada 2021 sebanyak 337.175 ton dan tahun ini diproyeksikan menyentuh 364.149 ton.
 
Angka tersebut sekaligus menandakan konsumsi lele terus meningkat di kalangan masyarakat. Mengutip data Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, wilayah ini hanya mampu menyuplai 80-90 ton per hari kebutuhan konsumsi lele di Jakarta yang mencapai 150 ton. Artinya, pasar pun masih terbuka luas.Namun pembudidaya menghadapu tantangan berupa kenaikan harga pakan.
 
Naiknya harga pakan akhir-akhir ini, menurut GPMT, lantaran fluktuatifnya harga bahan baku baik,berupa jagung maupun bahan lain yang berasal dari impor. Ditambah lagi lonjakan harga ocean freight atau ongkos pengiriman lewat laut diikuti keterbatasan kontainer. Semula, biaya pengiriman dariAmerika Serikat ke Indonesia US$2.000-2.500 melonjak ke US$22ribu.
 
Mahalnya harga pakan memaksa pembudidaya cari akal agar biaya produksi tetap terjangkau. Ada yang mengakali dengan menambahkan imbuhan pakan. Ada pula yang memilih pakan alternatif. Namun, Hasan Nasrullah, R&D and Technical Support PT Aquacell Indo Pasifikmengingatkan, dalam mengejar efisiensi pakan, yang mestinya dihitung pembudidaya jangan sekadar biaya pakan yang dikeluarkan melainkan juga mempertimbangkan hasil produksi.
 
“Meningkatkan efisiensi pakan itu lebih ke increase harvest (meningkatkan hasil panen). Menambah biaya pakan tidak melulu berarti biaya pakan membengkak, asalkan nilaipanennya juga tinggi,” ujarnya kepada AGRINA, Senin (18/7).
 

Pakan Malam Hari
 
Senada dengan Hasan, Hartadi, Sales & Marketing PT Sinta Prima Feedmill membenarkan hal serupa. Menurutnya, efisiensi berarti pakan yang diberikan dapat terkonsumsi 100% oleh ikan dan terkonversi menjadi daging. Mengurangi jumlah pakan supaya irit bukanlahsebuah efisiensikarena menyebabkan ikan kurang makan (underfeeding). Demikian pula sebaliknya, pemberian pakan yang berlebihan (overfeeding) membuat pakan terbuangsehingga tidak efisien.
 
Menurut Hartadi, mayoritas pembudidaya berskala industri atau intensif memanfaatkan pakan pabrikan supaya usahanya lebih terukur. “Jadi kembali lagi ke pembudidaya, memilih pakan mana yang efisien. Carilah pakan pabrikan yang paling menguntungkan. Efisien di suatu tempat belum tentu efisien di tempat lain,” pesannya.
 
Lulusan perikanan IPB University ini menambahkan, biasanya pembudidaya lele memanfaatkan pakan dengan kandungan protein 32%-34%. Kandungan asam amino dalam protein pakan tersebut bisa berbeda-beda. Utamanya, keberhasilan budidaya lele ditunjang juga dengan variabel lain seperti kualitas air, benih, dan manajemen.
 
Lele termasuk hewan nokturnal atau aktif padamalam hari. Karena itu, Hartadi menyarankan porsi pakan malam lebih banyak dibandingkanjatah pagi dan sore hari. “Pagi dikasih pakan sebelum matahari tinggi, sore sekitar pukul 04.00-05.00, malamnya jam 09.00. FCR-nya juga baik kalau diberikan pakan malam hari. Hindari kasih pakan siang hari atau terik,” ujarnya.
 
 
Selenium dan Kromium Organik
 
Hasan menuturkan, protein menjadi salah satu komponen penting dalam pakan, tapi komponen lain seperti mineral, mikronutrien, dan vitamin tidak boleh dilupakan. Mineral selenium dan kromium organik bisa meningkatkan efisiensi serapan pakan. Kromium, jelasnya, meningkatkan efisiensi metabolisme glukosa. Dengan metabolisme glukosa yang baik, pemanfaatan protein juga akan jauh lebih tinggi.
 
Ahmad Yazid Latif, Technical Support & Sales Representative Aquacell Indo Pasific menambahkan, secara alami lele kurang bisa memanfaatkan glukosa. Dengan penambahan kromium di dalam pakan, diharapkan ada protein sparing effectsehingga ikan bisa memanfaatkan energi lainnya.
 
Lele memproduksi insulin dalam jumlah sedikit, jadi kemampuannyamemanfaatkan karbohidrat relatif rendah dan ini mengakibatkan pertumbuhannya lambat. Penambahan kromium dalam pakan juga diklaim meningkatkan efisiensi pemanfaatan karbohidrat bagi lele.
 
Yazid mengatakan, tambahan selenium ke dalam formulasi pakan akan memberikan proteksi yang membuat kelangsungan hidup ikan (survival rate – SR) lebih tinggi. Perannya bisa sebagai antioksidan dan meningkatkan respon imun. Namun tidak bisa sembarang dalam memanfaatkan selenium. Sebaiknya lebih memilih selenium organik ketimbang yang nonorganik karena bioavailibilitasnyatinggi sehingga relatif aman digunakan.
 
Hasan menekankan, biaya suplementasi tak serta merta bikin biaya pakan bengkakkarena hasilnya sebanding dengan produksi yang didapat. Ibaratnya, walaupun biaya bertambah 2% per ekor,tetapi FCR lebih baik 5% dan kelangsungan hidupnya meningkat 114%. “Kalau dihitung justru production cost malah turun,” urainya.
 
Yazidmengingatkan, sebaik apapun pakan dan suplementasinya, tanpa metode budidaya yang baik,hasilnyaakan nihil. Budidaya yang baikmencakup kebaikan untuk ikan, lingkungan, dan bisnis.
 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 338 terbit Agustus 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain