Kamis, 4 Agustus 2022

Diawali Benih Baik, Manajemen Bagus, hingga Panen Terbeli

Diawali Benih Baik, Manajemen Bagus, hingga Panen Terbeli

Foto: Windi Listianingsih
Menerapkan konsep budi daya yang tepat, panen lele akan optimal

Margin bisnis budi daya lele memang tidak terlalu besar. Dengan manajemen yang baik, keuntungan tetap terjaga.
 
 
Tidak bisa dipungkiri, keberhasilan budi daya lele dimulai dari pemilihan benih bermutu untuk menghasilkan produk berkualitas. Penggunaan benih yang asal-asalan bisa membuat hasil panen tidak seragam, pertumbuhan tidak baik, bahkan membengkaknya rasio pakan (feed convertion ratio – FCR).
 
 
Perkembangan Perbaikan Benih
 
Ade Sunarma, Perekayasa Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat menuturkan, ketidakseragaman benih akan menimbulkan persaingan dalam pertumbuhan dan mendorong terjadinya kanibalisme. Benih dengan ukuran sama tapi memiliki umur berbeda, akan sangat memengaruhi performa di pembesaran.
 
“Secara ekonomis, FCR lele maksimal 1,1 dengan benih unggul, bahkan bisa 0,9-1. Kata kuncinya harus bisa memastikan dapat benih grade 1 dan 2. Kalau benih oversize lebih banyak, (FCR) bisa di bawah 0,8 tapi memang benihnya produksi sendiri. Ini asumsi dengan pakan komersial,” bebernya kepada AGRINA.
Menurut Doktor bidang Teknologi Akukultur dari IPB Universityini, benih lele grade 1 akan bisa menghasilkan konversi pakan 0,8 atau 0,7. Benih grade2 nilai konversi pakannya 1-1,1. Sedangkan, benih grade3 konversipakannya 1,3-1,4. “Semakin besar benih yang kw(asalan),semakin besar FCR-nya,” terangnya.
 
Pentingnya memilih ukuran benih juga disoroti oleh Hadi. Pemilik peternakan Penjelajah Lele Nusantara (Plenus) ini mengatakan, pembudidaya mayoritas memilih benih berukuran 7-8 cm untuk ditebar ke kolam hingga masa panen 75 hari. Berdasarkan pengalamannya, dalam satu kolam terpal maksimal terisi 200 benih lele per meter kubik. Sebab, benih lele yang berlebihan akan membuat pertumbuhan lambat dan menyebabkan gagal panen. “Oksigen di dalam kolam itu berkurang. Kalau mau tambah panen, ya perbanyak kolam dan tebar lagi,” bahasnya.
 
Untuk memperbaiki kualitas benih lele yang beredar di masyarakat, Ade bercerita, BBPBAT Sukabumi sudah menyiapkan benih unggul baru. Benih lele yang siap rilis itu memiliki keunggulan pada pertumbuhan, ketahanan penyakit, keseragaman ukuran, dan toleransi tinggi terhadap suhu yang fluktuatif. Dari sisi keseragaman ukuran, panen benih relatif lebih seragam. Istilahnya, sangat sedikit terjadi oversize atau undersize. “Secara produktivitas over all, perbaikan meningkat sekitar 15%-20%,” kata Ade. Pada akhir tahun ini ketersediaan induk lele unggul baru itu sebanyak 6.000-7.000 ekor.
 
 
Manajemen Penunjang Produksi
 
Selain keseragaman benih, Hadi menuturkan, setidaknya terdapat 5 konsep yang perlu dijaga agar budidaya lele optimal. Pertama, manajemen air. Menurut Hadi, air harus difermentasi 7-14 hari sebelum tebar benih. Kemudian, jaga dengan konsisten membuang amoniak di dalam air. Selama sebulan, amoniak atau kotoran lele akan mengendap di dasar kolam. Untuk itu, kolam harus dikuras minimal 10 cm dan air ditambah hingga penuh tiap pagi sebelum pemberian pakan agar lele tidak keracunan.
 
Kedua, manajemen kolam. Yaitu, mengukur kuantitas benih yang akan dimasukkan ke kolam. Jangan sampai daya tampung melebihi kapasitasnya. Ia menilai, kolam berbahan terpal mampu bertahan 5-7 tahun. Syaratnya dengan mengisi air dan bagian atas terpal kolam yang kering dibasahi dengan busa spons agar tetap lembap kendati cuaca terik.
 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 338 terbit Agustus 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain