Selasa, 4 Oktober 2022

Ayam Modern: Makin Bongsor, Makin Cepat Panen

Ayam Modern: Makin Bongsor, Makin Cepat Panen

Foto: Dok. Japfa
Ada perbaikan genetik sehingga produksinya lebih baik

Genetik ayam modern selalu mengalami perbaikan. Umur panen makin singkat dan budidaya jauh lebih efisien.
 
 
Salah satu langkah wajib yang dipersiapkan peternak unggas dalam memulai usaha adalahmenyediakan anak ayam umur sehari (day old chick-DOC). Pemilihan DOC berkualitas menjadi penentuawal keberhasilan budidaya.
 
Ayam pedaging (broiler) yang saat ini beredar di lapangan mengalami perbaikan genetik dari generasi sebelumnya. Achmad Dawami, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) menuturkan, secara genetik DOC mengalami perkembangan jadi lebih baik. Pada 1970-an misalnya, leg health (kesehatan kaki) masih menjadi perhatian. Kini masalah itu tidak ada lagi. Tanpa suntik hormon seperti anggapan masyarakat awam, pertumbuhannyalebih cepat dan pakannya pun lebih efisien.
 
“Pada 2010,untuk mencapai bobot 1,8 kg dibutuhkan waktu 42 hari dengan konversi pakan (Feed Corversion Ratio-FCR)1,93. Sekarangidealnya 31 hari sudah siap panen di bobot 1,8 kg dengan FCR 1,4. Ada perbaikan dari sebelumnya,” bahas Dawami saat dijumpai AGRINA di Jakarta, Selasa (4/10).
 
Saat ini, terdapat 40 perusahaan pembibitan yang mendapatkan izin memproduksi DOC. Industri pembibitan ayam di Indonesia sejauh ini dimulai dari tahap Grand Parent Stock (GPS). Mengutip data Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan, sebanyak 19 perusahaan mendapatkan izin alokasi impor DOC GPS ayam pedaging dan 6 perusahaan ayam ras petelur (layer).
 
 
Pertumbuhan Lebih Cepat
 
Lebih lanjut Dawami menuturkan, adaempat strain broiler yang dikembangkan di Indonesia,Ross 308SF, Cobb 500FF, Indian River SF, dan Hubbard. “Dari empat line strain yang di Indonesia tidak menutup kemungkinan nanti menjadi tiga karena memungkinkan ada persilangan (perkawinan) yang menjadikan strain lebih baik lagi,” ungkapbapak yang berkecimpung di bisnis perunggasan sekitar 40 tahun ini.
 
Sekarang ini, strain yang berkembang di seluruh dunia berasal dari dua strain Cobb dan Aviagen. Ini menandakan industri pembibitan ayam sudah jauh berkembang ketimbangbeberapa dekade lalu. Alumnus Fapet UGM itu menghitung, sekitar 1970-an terdapat 11 strain akhirnya bergabung untuk menghasilkan genetik yang lebih baik dan efisien.
 
Ayam broiler yang tengah beredar di kalangan peternak, biasa disebut final stock (FS),  merupakan hasil pemuliaan ayam ras pedaging dari persilangan galur-galur murni. Hasilnya, produktivitas lebih tinggi dan memiliki sifat unggul dari sumber galur murni itu.
 
Senada dengan Dawami, Agung Suganda, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak PKH, Kementan,menjelaskan, idealnya pertumbuhan DOC menjadi seekor ayam pedaging yang siap dipanen bergantung pada sasaran bobot yang diinginkan peternak atau pasar. Biasanya, dalam rentang umur 26-40 hari tercapai bobot 0,9-2 kg lebih.
 
Dalam hal parameter teknis,perbaikan manajemen dan pemeliharaan sudah cukup baik. Secara nasional, sudah terdapat perbaikan pada tahun-tahun sebelumnya.
 
“Awalnya deplesi (kematian) sebanyak 6%, saat ini telah mengalami perbaikan menjadi sekitar 5%. Sedangkan untuk berat livebird tahun sebelumnya 1,6 kg, sekarang sudah mengalami perbaikan jadi sebesar 1,72 kg,” bahas Agung kepada AGRINA di kantornya, Senin (26/9).
 
Pun demikian menurut Erik Kadarsyah. Customer Care Harim Chick Cahaya Technology Unggas (CTU) ini menjelaskan, DOC yang beredar tahun ini merupakan hasil pembibitan dari GPS 2020. Dari GPS menurun ke final stock membutuhkan waktu dua tahun.
 
“Saya perhatikan GPS 2018 dengan GPS 2020 itu sangat berbeda. Genetik sekarang pertumbuhannya lebih cepat namun tidak begitu kuat terhadap suhu panas. Bila tidak diadaptasikan, rentan terhadap kaki kering dan imunosupresi,” beber Erik, Rabu (21/9).
 
Dengan sirkulasi yang bagus, pada umur21 hari bobot ayam sudah mencapai 1,12 kg di dalam kandang tertutup (closed house) atau tunnel. Sementara di kandang terbuka (open house) pada umur yang sama bobotnya di kisaran 1 kg. Berdasarkan perhitungan dan pengalaman di lapangan, saat umur28 hari paling sedikit bobotnya 1,8 kg. Padahal, ulasnya, pada 2007 bibit ayam butuh 40 hari untuk mencapai bobot 2 kg.
 
Erik menaambahkan, di Eropa tempat strain tersebut berasal, bobot ayam 2 kg bisa dicapai pada umur28 hari sudah terjadi beberapa tahun lalu. “Di Indonesia baru setahun ini karena ada efek tunda akibat pengaruh suhu dan kelembapan negara tropis. Tapi potensi genetiknya tetap tercapai. Tidak heran ada yang menyentuh IP (index performance) 500,” ulasnya.
 
Lulusan Peternakan IPB University ini memperkirakan, pada 2055 bisa jadi bobot 2 kg sudah bisa diperoleh pada umur21 hari di Indonesia. Dari situ, pemanas kemungkinan hanya dimanfaatkan selama 5 hari.
 
 
 
 
 
 
Untuk naskah selengkapnya silakan baca Majalah AGRINA Edisi 340 terbit Oktober 2022 atau dapatkan majalah AGRINA versi digital dalam format pdf di Magzter, Gramedia, dan Myedisi.

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain