Jumat, 4 Nopember 2022

Kolaborasi Kembangkan Padi Organik

Kolaborasi Kembangkan Padi Organik

Foto: Syafnijal Datuk Sinaro
Panen perdana padi organik di lahan tadah hujan Pringsewu menghasilkan 7,2 ton ton/ha

Aplikasi pupuk organik menurunkan biaya produksi dan meningkatkan hasil panen
 
 
Selain untuk mengatasi kekurangan pupuk subsidi, juga sebagai upaya meningkatkan harga jual gabah, para petani di Pekon (desa) Sinar Mulya, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu, Lampung menanam padi menggunakan pupuk organik. Untuk penanaman pertama, 11 petani menanam padi pada sawah tadah hujan seluas 3 ha.
 
 
Pupuk Organik
 
Pada musim tanam ini, ke-11 petani mendapat dukungan pupuk organik cair (POC) gratis dari PT Bukit Asam yang menyalurkan POC Biang Rebung produksi mitra binaannya, PT Hanan Alam Utama dan pupuk dasar granul dari CV Wong Agro melalui distributornya Winarno dengan memberi diskon 50%.
 
Pupuk granul ditaburkan setelah pengolahan lahan menjelang penanaman dengan dosis 1 ton/ha. Lalu, POC disemprotkan 6 kali, yakni pada usia 10, 20, 30, 45, 65 dan 75 hari saat malai padi mulai sudah keluar secara sempurna. Dengan pemakaian kedua pupuk organik tersebut produksi panen rata-rata mencapai 7,2 ton ton/ha, naik dari musim tanam sebelumnya yang berkisar 5-6 ton/ha.
 
Panen perdana padi organik tersebut dilakukan pada akhir September lalu dengan dihadiri EVP Keuangan, SDM, Umum dan CSR PT Bukit Asam Tbk. Pelabuhan Tarahan, Direktur PT Hanan Alam Utama, Direktur CV Wong Agro dan distributornya, Wakil Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan HKTI Lampung, Camat Banyumas, Kepala Pekon Sinar Mulya, serta para petani.
 
Panen perdana diawali dengan memanen padi secara bersama-sama di salah satu areal sawah petani yang padinya sudah cukup umur. Panen dilanjutkan oleh petani pemilik sawah bersama petani lainnya. Kemudian, dilakukan penimbangan untuk sepetak ubinan padi ukuran satu kali satu meter untuk dihitung total produksi per hektar. Cara yang sama dilakukan pada lahan petani lainnya hingga ke-11 petani melakukan panen. Setelah total hasil panen dari semua lahan diketahui, maka diperoleh data produksi rata-rata mencapai 7,2 ton/ha.
 
 
Meningkatkan Ketahanan Pangan
 
Seusai panen EVP SDM, Keuangan, Umum dan CSR PT Bukit Asam Tbk. Pelabuhan Tarahan, Hamdani mengatakan, pihaknya berpartisipasi mengembangkan padi organik melalui penyediaan POC atau cuka bambu guna membantu pemerintah dan petani meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi pupuk kimia.
 
Hamdani menyebutkan, dari beberapa daerah di luar Kabupaten Pringsewu, penggunaan POC Biang Rebung berhasil menurunkan biaya produksi dan meningkatkan hasil panen. Pupuk ini juga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman lainnya selain padi, seperti sayuran dan tanaman hortikultura.
 
"Dengan produksi yang baik dari panen perdana ini, membuat para petani semakin percaya diri karena sudah ada pupuk alternatif organik. Semoga upaya pemberdayaan ini dapat membantu dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional," kata Hamdani.
 
Aang Haryadi, Direktur PT Hanan Alam Utama menambahkan, pemakaian POC Biang Rebung sangat hemat, cukup 6 l/ha karena penyemprotannya dicampur air. Pupuk ini sudah digunakan para petani padi, hortikultura dan sayur di Kecamatan Katibung dan Palas, Kabupaten Lampung Selatan.
 
POC Biang Rebung dibuat melalui proses pirolisis, yakni menampung asap cair hasil bakaran limbah bambu. Kemudian, asap cair ditampung menjadi pupuk. “Ide awalnya dari nenek moyang kita yang banyak menggunakan sampah dan limbah bambu untuk pupuk. Maka, kenapa kita juga tidak menggunakan limbah bambu tersebut untuk pupuk. Bambu juga banyak ditanam di bagian atas sawah guna meningkatkan mata air karena urat bambu mampu menahan air agar tidak mudah mengalir,” urai Aang.
 
Wakil Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Lampung, Palgunadi menjelaskan, penggunaan pupuk organik selain sebagai solusi mengatasi kekurangan pupuk subsidi, juga untuk rehabilitasi tanah sawah yang sudah puluhan tahun dipupuk kimia. Akibatnya, produksi gabah petani kian turun meski padi tidak diserang hama dan cukup air. “Jadi penggunaan pupuk organik ini sebagai langkah tepat. Apalagi, harga jual beras organik lebih mahal ketimbang beras biasa,” ujar Palgunadi.
 
Ia melanjutkan, “Selama ini produksi rata-rata gabah petani di Lampung hanya 6-7 ton/ha karena tanah sawah sudah jenuh. Jika dengan menggunakan pupuk organik produksi naik lebih dari 6 ton/ha maka ini sudah cukup baik.”
 
HKTI mendukung penggunaan pupuk organik dan akan mensosialisasikannya pada setiap kesempatan. Hanya, ia mengingatkan kepada produsen bahwa ketika sudah banyak petani yang memakainya maka stok pupuk sudah harus selalu tersedia. “Jangan justru sudah banyak petani yang mau beli, barangnya kurang. Ini tentu menjadi bumerang bagi pupuk organik,” ia mengingatkan.
 
 
Menguntungkan
 
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tani Jaya, Undaya menyatakan, terbuka dengan pengembangan padi organik  pada lahan sawah milik anggotanya. “Kami petani sawah tadah hujan menyambut baik penanaman padi organik. Apalagi, hasilnya lebih tinggi dibandingkan produksi selama ini. Lalu, gabahnya akan dibeli lebih mahal Rp200/kg dibandingkan harga gabah lainnya. Ini tentu sangat membantu petani,” tuturnya di sela-sela panen perdana.
 
Undaya mengaku, rendahnya produksi padi di desanya karena selain kurang pupuk juga sering kekurangan air. Sementara, petani tidak cukup dana untuk pengadaan pupuk nonsubsidi dan membuat sumur bor. “Karena sawah kami tadah hujan maka hanya bisa sekali tanam dalam setahun. Untuk tahun ini saja, bisa dua kali tanam karena musim hujan sepanjang tahun,” ujarnya menginfokan Poktan Tani Jaya beranggotakan 58 petani dengan luas sawah 25 ha.
 
Untuk pengembangan padi organik ke depan, sahutnya, justru ketiadaan irigasi menguntungkan. Karena, airnya tidak melewati sawah lainnya yang dipupuk dengan pupuk kimia. Undaya berharap PTBA dan CV Wong Agro membantu mengurus sertifikat organik sehingga harga jual beras organik yang dihasilkan petani anggotanya bisa lebih mahal lagi.
 
Ia yakin dengan produksi yang lebih tinggi dan harga jual beras yang lebih mahal maka akan diikuti anggota poktan lainnya. “Saya berharap ke depannya, bukan saja Pekon Sinar Mulya yang menjadi sentra beras organik tetapi meliputi Kecamatan Banyumas,” timpal petani gaek itu.  
 
Kepala Pekon Sinar Mulya, Azzahra Anas menambahkan, kendala petani selama ini adalah kekurangan pupuk subsidi sehingga produksi padi tidak optimal. Ia berharap pupuk organik mampu memberi jawaban atas kekurangan dan kelangkaan pupuk bersubsidi bagi petani yang ada di Pringsewu.
 
Ia menilai, penanaman padi pada 3 ha lahan ini bukan lagi sekadar demplot sehingga jika produksinya bagus maka akan diikuti petani lainnya. “Program ini sebagai bentuk sosialisasi yang tepat. Namun dalam penggunaannya,perlu pendampingan secara berkelanjutan. Jangan hanya pas ada tanam perdana ini saja selanjutnya petani dilepas begitu saja,” ia mengingatkan.
 
Winarno, distributor pupuk organik dan pendamping pelaksana kegiatan menjelaskan, panen raya padi yang dilaksanakan kali ini merupakan aplikasi kolaborasi POC mitra binaan PT Bukit Asam dan pupuk organik kreasi Wong Agro. Selain menyalurkan pupuk, ia juga menampung gabah petani. Nantinya, gabah akan diolah menjadi beras dan dijual sebagai beras sehat karena belum mengantongi sertifikat organik.
 
Ia mengaku, kelemahan pengembangan padi organik selama ini ada pada sisi pemasaran. Untuk itu, ia membantu petani dalam pemasaran sehingga petani fokus pada budidaya saja. Winarno yakin berasnya laku karena varietas yang ditanam, yakni Jumbo Besuk Mapan memiliki cita rasa yang disenangi masyarakat Lampung.   
 
 
 
 
Syafnijal Datuk Sinaro(Lampung)

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain