Sabtu, 12 Agustus 2023

Produksi Lokal Menjadi Andalan

Industri peternakan unggas nasional tengah melemah. Biaya produksi ayam terus menanjak, dari tahun lalu Rp20 ribu – Rp21 ribu/kg kini mencapai Rp23 ribu – Rp24 ribu/kg ayam hidup (livebird). Komposisi biaya terbesar adalah harga pakan yang menembus Rp9.000 – Rp9.500/kg dari sebelumnya Rp6.000 – Rp7.000/kg dan day old chick (DOC) Rp8.000/ekor dari normalnya Rp5.000 – Rp6.000/ekor.
 
Meski saat ini harga jual ayam di kandang cukup baik, mencapai 30 ribu/kg livebird, peternak tidak sepenuhnya menikmati. Sebab, harga tinggi tersebut tidak bisa menutup kerugian bulan-bulan lalu akibat bengkaknya biaya produksi.
 
Di lain pihak, harga ayam yang terlalu tinggi tidak sehat buat kantong pengusaha rumah potong ayam (RPA) dan konsumen. RPA skala kecil dan menengah kesulitan membeli ayam hidup sehingga  usahanya terancam bangkrut. Harga daging ayam terlampau tinggi juga memangkas daya beli masyarakat.
 
Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional (BPN) menilai, kenaikan harga ayam di tingkat produsen dan konsumen merupakan bentuk keseimbangan baru dari perubahan struktur biaya produksi.
 
Pada 5 Oktober 2022 BPN mengeluarkan Perbadan No. 5 Tahun 2022 Tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras. Regulasi ini bertujuan mengatasi disparitas harga produksi dan harga jual ayam di pasaran.
 
Di sisi pakan, menurut Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT), bahan baku yang terdiri dari jagung, gandum, dan soybean meal (SBM) menyumbang 80%-85% biaya produksi. Desianto B. Utomo, Ketua Umum GPMT mengatakan, konsumsi jagung untuk pakan baru 40% karena terbatasnya suplai. Untuk memenuhi kekurangan, GPMT terpaksa menggunakan gandum.
 
Khusus jagung, pemerintah telah menyetujui penanaman benih hasil rekayasa genetik (Genetically-Modified Organism, GMO) yang akrab disebut transgenik atau bioteknologi (biotek). Tahun ini para produsen benih jagung berlomba memperkenalkan jagung biotek yang diklaim lebih toleran cekaman hama dan penyakit hingga perubahan iklim. Hasil panennya lebih tinggi, 10%-20% di atas benih nonbiotek.
 
Akhir Juli lalu pertama kalinya petani Indonesia, tepatnya NTB, bisa panen jagung biotek dengan hasil memuaskan. Hamzan Wadi, petani jagung biotek menyebut, kualitas hasil panen lebih baik disertai kenaikan hasil 19,7% atau setara 37% peningkatan pendapatan bersih.
 
Keberadaan benih biotek memperkaya jumlah varietas unggul benih jagung yang bisa dipilih petani sesuai tantangan di wilayahnya. Harapannya, produksi jagung nasional semakin menguat sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama industri pakan.
 
Aplikasi teknologi yang bisa memprediksi cuaca secara akurat dan real time juga sangat diperlukan dalam produksi jagung. Ketepatan prediksi cuaca membantu petani memulai budidaya hingga panen sesuai jadwal. Sebaliknya, kesalahan prediksi akan mengganggu proses produksi yang bakal mengancam kestabilan suplai dan harga.
 
Lalu, kemitraan petani dengan offtaker seperti distributor atau pabrik pakan akan menjamin terserapnya hasil panen. Offtaker juga bisa mendukung petani dengan fasilitas modal dan teknologi budidaya yang baik.
 
Semua ini tentu bisa memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pemenuhan bahan baku lokal dan meminimalkan ketergantungan terhadap negara lain. Pasalnya, iklim ekstrem dan ketegangan geopolitik sangat berpengaruh pada dinamika suplai, harga, dan permintaan komoditas pangan utama dunia seperti beras, gandum, jagung, dan kedelai.
 
Keputusan Rusia mundur dari Black Sea Grain Initiative pada Senin (17/7/2023) langsung menguatkan harga gandum, jagung, dan kedelai dunia. Kebijakan India menghentikan ekspor beras putih nonbasmati dalam jumlah besar pada Kamis (20/7/2023) akibat hujan monsun lebat diprediksi melonjakkan inflasi pangan global.
 
Kenaikan harga itu juga akan berimbas pada pembentukan harga pakan nasional mengingat sebagian bahan bakunya masih impor, seperti gandum dan SBM. Karena itu, produksi jagung lokal wajib didongkrak sehingga menjadi andalan dalam pemenuhan pangan nasional!
 
 
 
Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain