Selasa, 12 Desember 2023

Memperkuat Konsumsi Lewat Bank Pangan

Secara makro, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 terbilang baik. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kita yang 5% terbilang nomor lima terbaik di antara kelompok G20 dan ASEAN. Posisi kita di belakang Filipina 6%, India 5,9%, Vietnam 5,8%, dan China 5,2%. Realisasinya, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), kuartal pertama 5,05%, kuartal kedua 5,17%, dan kuartal ketiga mengalami pelemahan menjadi 4,94%.
 
Sayangnya, situasi makro yang baik tersebut seperti tidak nyambung dengan sektor riil, khususnya subsektor peternakan, baik ruminansia maupun unggas, khususnya unggas ras. Pelaku usaha peternakan ruminansia sapi potong dan sapi perah di Tanah Air direpotkan oleh penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai awal April 2022.
 
Penyakit virus yang amat menular ini kembali melanda setelah 36 tahun Indonesia berstatus bebas PMK. Dengan tindakan penanggulangan yang cukup serius melalui vaksinasi, menurut Nanang Purus Subendro, Ketua Umum DPP Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), situasi saat ini cukup mereda.
 
Kasus PMK memang mereda tapi dampak buruknya belum teratasi hingga sekarang. Populasi sapi berkurang lantaran mati, dipotong paksa, diafkir dini, fertilitas menurun, dan penyintasnya pun masih tetap membawa virus hingga dua tahun setelah dinyatakan sembuh.
 
Belum lagi imbas ekonominya yang luar biasa. Dengan tingkat kematian 2%-5%, peternak rugi Rp15 jutaan per ekor. Harga sapi afkir kena diskon 50%,bahkan lebih.  Modal peternak pun tergerus, bahkan ada yang pamit dari dunia usaha.
 
PMK belum tuntas, datang pula virus Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar kulit yang menyebabkan kulit sapi berbenjol-benjol. Penyakit baru di Indonesia ini mulai terdeteksi di Riau dua bulan sebelum PMK, tetapi kalah heboh pemberitaannya. Padahal,LSD tetap saja sangat merugikan peternak. Nanang menilai, saat ini LSD belum terkendali sepenuhnya.
 
Kondisi yang tak baik-baik saja juga melanda industri peternakan unggas Indonesia. Semester pertama tahun ini, tiga raksasa industri unggas, yakni Japfa Comfeed, Charoen Pokphand Indonesia, dan Malindo Feedmill yang ada di lantai bursa mengalami kerugian dan penurunan laba.
 
Kondisi bisnis yang kurang menguntungkan juga terjadi di luar sana. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, Tyson Food, produsen dan eksportir utama daging ayam, kalkun, sapi, dan babi, dikabarkan USA Today 7 Agustus 2023, menutup 2 pabriknya Mei lalu. Pabrik tersebut mempekerjakan 1.600 karyawan. Alasannya, untuk memangkas karena harga rata-rata daging ayam melemah 5,5% dan babi 16,4%.
 
Tyson juga melaporkan menderita kerugian bersih senilai US$417 juta pada triwulan kedua 2023. Padahal, triwulan II 2022 masih mengantongi laba US$750 juta. Lebih jauh lagi, pihaknya juga akan menutup empat pabrik pada semester pertama 2024.
 
Melemahnya kinerja industri unggas nasional tak lepas dari ketidakseimbangan suplai dan permintaan. Perkembangan parameter teknis strain ayam ras yang semakin bagus sehingga produktivitas makin tinggi, tidak diikuti pertumbuhan konsumsi secara memadai. Suplai berlebih tak terhindarkan lantaran pertumbuhan konsumsi masih belum bertumbuh sesuai harapan para pelaku usaha. Salah satu penyebabnya adalah melemahnya daya beli masyarakat.
 
Di AS, Kementerian Pertanian (USDA) mengalokasikan bujet senilai US$2 miliar pada 2022 untuk mendukung Bank Pangan (foodbank) membeli makanan termasuk produk ayam. Nantinya makanan akan dibagikan ke anak-anak sekolah sebagai sajian makan siang dan ke keluarga-keluarga yang membutuhkan. 
 
Semestinya, pemerintah Indonesia bisa melakukan hal semacam itu melalui Badan Pangan Nasional dengan memberikan bujet tambahan untuk membeli makanan tak hanya beras tapi  juga sumber protein hewani, seperti telur, daging ayam, dan susu. Produk dari pelaku usaha terserap, masyarakat punmendapatkan asupan makanan bergizi.
 
Lebih baik lagi, bila ada alokasi khusus untuk balita yang mengalami hambatan pertumbuhan akibat kurang gizi kronis (stunting). Ekonomi pelaku usaha unggas aman sekaligus mengurangi kasus stunting sampai nol sehingga terwujud Indonesia Emas 2045 yang diperkuat oleh generasi bermutu.
 
 
 
Peni Sari Palupi

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain