Minggu, 12 Nopember 2023

Sedapnya Peluang Bisnis Makanan Pedas

Makanan pedas tidak pernah sepi peminat. Menurut data Tokopedia, salah satu marketplace terkemuka di Indonesia, makanan pedas menjadi salah satu makanan yang paling laris di toko ‘hijau’ tersebut sepanjang 2022. Makanan pedas kekinian yang paling laris adalah kerupuk bawang pedas, basreng (bakso goreng), dan keripik usus pedas.
 
Makanan pedas kekinian lainnya berupa seblak, ayam geprek, dan oseng mercon mengalami kenaikan permintaan yang signifikan. Tahun lalu, transaksi seblak di Tokopedia melonjak nyaris 1,5 kali lipat dibandingkan 2021. Penjualan ayam geprek meroket di atas 1,5 kali lipat dan oseng mercon mencapai 2 kali lipat.
 
Masyarakat Indonesia memang pecinta masakan pedas. Hampir setiap daerah di Nusantara juga punya sambal dengan ciri khas dan cita rasa tersendiri. Tokopedia pun mendata jenis sambal paling banyak dibeli. “Dari berbagai jenis sambal yang ada, sambal bawang, sambal cumi, dan sambal terasi paling banyak diburu masyarakat selama 2022,” ulas Head of External Communications Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya pada awal 2023.
 
Tren makanan pedas terus menggeliat di kalangan muda. Tokopedia mencatat, generasi milenial yang lahir pada 1981 – 1996 menjadi kalangan paling sering membeli makanan pedas terlaris selama 2022. Sementara, daerah yang mendominasi pembelian dan penjualan makanan pedas yaitu Jabodetabek, Bandung, Medan, dan Surabaya.
 
Pengamat kuliner Nusantara, Santhi Serad mengamini sedapnya peluang bisnis makanan pedas. Menurut pendiri Aku Cinta Makanan Indoneia (ACMI) itu, makanan pedas akan terus berkembang karena kecintaan masyarakat Indonesia pada makanan itu. Sambal khas Indonesia yang sangat beragam juga akan terus berkembang dengan inovasi baru.
 
Kebiasaan menggemari makanan pedas ini mendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menyediakan camilan pedas dan aneka sambal. Restoran penyaji menu andalan sambal atau makanan pedas berbagai level juga semakin marak di berbagai kota. Salah satunya, Sambal Bu Nik yang beroperasi pada September 2022 dan telah memiliki 16 cabang di seputaran Jabodetabek dan Karawang. Resto ini menghadirkan aneka menu sambal seperti sambal mentah, sambal bawang, sambal terasi goreng, sambal bajak, dan sambal rampai dengan 30 lauk pelengkap.
 
Waroeng Serba Sambal (SS) yang berdiri pada 2002 di Jogjakarta yang menghadirkan 33 varian menu sambal ini terus berkembang dan berinovasi di tengah ketatnya persaingan bisnis kuliner. Kini Waroeng SS memiliki 100 cabang: 98 cabang tersebar di Jawa dan Bali, serta 2 cabang di negara tetangga, Malaysia.
 
Pecinta makanan pedas tidak hanya masyarakat Indonesia. Warga dunia juga menyukainya. Terbukti, ada peringatan Hari Makanan Panas dan Pedas Internasional yang jatuh pada 16 Januari setiap tahun. Asal-usul peringatan tersebut memang tak diketahui pasti. Namun, kebiasaan mengonsumsi makanan pedas yang berasal dari rempah-rempah sudah ada sejak 6.000 tahun lalu. Bahkan, cabai menjadi bagian dari sistem pertanian pada 400 SM.
 
Aneka jenis makanan pedas dapat ditemukan di seluruh dunia mulai dari Asia hingga Amerika Latin. Meluasnya diaspora Indonesia di mancanegara membuka peluang bisnis ekspor makanan pedas dan ekspansi kuliner makanan pedas khas Indonesia seperti Waroeng SS di Malaysia.
 
Perlu diingat, geliat bisnis masakan pedas butuh jaminan kontinuitas suplai dan kualitas bahan baku, khususnya cabai. Penggunaan benih berkualitas sesuai iklim dan lingkungan geografis menjadi salah satu kunci keberhasilan produksi. Hal ini harus didukung penguasaan teknologi prediksi iklim dan budidaya yang baik agar produksi si pedas semakin optimal.
 
Pemerintah harus bertanggung jawab memastikan ketersediaan input produksi dengan harga terjangkau dan fasilitasi serapan pasar serta dukungan hilirisasi. Pasalnya, cabai menjadi komoditas penyumbang inflasi akibat gejolak harga yang sangat fluktuatif di musim-musim tertentu. Harga cabai yang terjangkau bagi konsumen serta memberikan margin keuntungan bagi petani akan membuat budidaya cabai dan bisnis masakan pedas berkelanjutan.
 
 
 
 
Windi Listianingsih

 

 
Agrina Update + Moment Update + Cetak Update +

Artikel Lain